Pemantik
: Rakha Ramadhana Adjie Boestami (Mawapres
UNJ 2017)
CV
Nama : RAKHA RAMADHANA ADJIE BOESTAMI
TTL : Tangerang
Selatan, 24 Januari 1997
Gender : Laki-laki
Kewarganegaraan :
Indonesia
Agama : Islam
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Hobi : Gaming PC & Membangun Game PC
Alamat Email : rakha.ramadhana@yahoo.com
PENDIDIKAN
Formal
2003 – 2009 SD
Islam Harapan Ibu, Jakarta Selatan
2009 – 2011 SMP
Negeri 19, Jakarta Selatan
2011 – 2014 SMA
Negeri 87, Jurusan IPA, Jakarta Selatan
2014 – sekarang Universitas
Negeri Jakarta, Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
PENDIDIKAN NON Formal
2014 Pelatihan
Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Jurusan Teknik Elektro
2015 Pelatihan
Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Fakultas Teknik
2016 Pelatihan
Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Universitas Negeri Jakarta
2015 – 2016 Asrama
Beastudi MUDA PKPU
2016 Sosial
dan Politik Training Camp Fakultas Teknik
2016 Pelatihan
Advokasi Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
2016 Pelatihan
Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Universitas Negeri Jakarta
PENGALAMAN Organisasi
Salim FT UNJ 2014 – sekarang Koor. Tsaqafah (Ilmu Pengetahuan)
Sinematografi Mahasiswa UNJ 2014 – 2015 Staff Humas
Lembaga Dakwah Fakultas FSI Al-Biruni 2014 – 2015 Staff HAMAS
(Humas)
Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro 2014 – 2015 Staff PSDM
Sinematografi Mahasiswa UNJ 2015 – 2016 Staff Film
Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi PTIK 2015 – 2016 Kepala Dept
Kaderisasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik 2017 – 2018 Kepala Dept.
Sosial dan Politik
PENGALAMAN
Kepanitiaan
Muslim Adventure 2015 (Pelatihan Studi Islam) Koor. HPD (Humas, Publikasi,
dan Dokumentasi)
Masa Pengenalan Akademik Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro 2015 Koor. Acara
Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNJ 2015
Ketua Pelaksana Sinematografi Mahasiswa UNJ Anniversary 16th 2016
Ketua Pelaksana Forum Studi Luar Negeri 2016
Staff LO (Line Officer) Lembaga Luar Negeri
Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Fakultas Teknik UNJ 2016 Ketua Pelaksana
Muslim Fighter (Pelatihan Studi Islam Lanjutan) 2016 Koor. HPD
Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa UNJ 2017 Staff HPD
Pengalaman
Kerja
SMK As-Su’udiyyah
2014 – 2015
Staff Maintenance Lab. Komputer
CEO R’ Creative (Usaha Mandiri Bidang Multimedia dan Komputer) 2014 - sekarang
PusatQurban.com 2016
– 2017 Digital Marketing (Web Content)
Yayasan Bangun Pemimpin Muda Masa Depan 2016 – sekarang Web Developer
Prestasi
Kelas Akselerasi SMPN. 19 Jakarta Selatan (Tahun 2011)
Juara I Desain Blog Maulid Nabi SMAN 87 Jakarta Selatan (Tahun
2013)
Peraih Beasiswa BIDIKMISI
Peraih Beasiswa Beastudi MUDA PKPU
Peserta Terbaik PKMFT UNJ 2015
Juara 1 Lomba Video Dakwah Kreatif BEMP Bahasa Jepang
Juara II Lomba Desain Aplikasi Quran BEMP Arab UNJ
Juara I Lomba Video Sosialisasi Ekonomi Syariah BSO KSEI UNJ
Peserta Youth Excursion to Malaysia 2017
Best Idea in Youth Excursion to Malaysia 2017
Juara 1 Mahasiswa Berprestasi FT UNJ 2017
Juara 1 Mahasiswa Berprestasi UNJ 2017
Kemampuan
Pribadi
Komputer dan Multimedia
Microsoft Office Word, Excel, Power Point
Design (Photoshop), Editing (Adobe Premiere), Programming (
[dot]C )
Troubleshooting Komputer, Service, Install OS.
Soft skills
Public Speaking, leadership, kerja sama tim, adaptasi,
multi-tasking.
Tingkatkan Literasi Raih Prestasi!
Ini merupakan jargon yang tidak main-main teman-teman, bahwa
sesungguhnya, ketika kita meningkatkan literasi, kita dapat meraih banyak hal
dan salah satunya adalah prestasi. Maka dari itu, mari kita mulai diskusi kali
ini dengan mengerti apakah itu arti atau definisi dari Literasi itu sendiri. Karena
kita mencoba untuk menerapkan bahasa Indonesia, maka kita panggil KBBI kita.
Literasi
1. Kemampuan Menulis dan Membaca
2. Pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas
tertentu. (contoh: bidang komputer)
Dari arti tersebut, kita memiliki beberapa variabel, yakni:
1. Menulis
2. Membaca
3. Kemampuan/Keterampilan dalam suatu Bidang
Oke, itu tadi hanyalah sebuah definisi, tapi apa fakta yang
terjadi di Indonesia? Berdasarkan studi "Most
Littered Nation In the World* yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan
menduduki peringkat ke-60 dari 61
negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan
di atas Bostwana (61).
Sumber:
Itulah potret Indonesia
saat ini teman-teman. Nah, lalu bagaimana seharusnya kita menanggapi hal
demikian? Kita sebagai Mahasiswa mengaku dirinya adalah Agent of Change, atau agen perubahan. Maka ia bisa mengubah kondisi
yang demikian terjadi. Salah satu contohnya, cara mahasiswa, berperan untuk
meningkatkan literasi di Indonesia, adalah dengan terjun langsung ke lapangan. Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang
ketiga yakni, Pengabdian Masyarakat. Bisa kita tunjukkan, dengan, andil
(contoh) memberikan pelajaran kepada anak-anak dalam Community Development.
Memberikan mereka stimulus untuk membaca.Hal ini merupakan salah satu langkah
dari sekian banyak langkah yang bisa kita lakukan. Saya tekankan kembali, bahwa
seorang mahasiswa, ketika ia melihat ketidaknyaman dalam kondisi negaranya,
maka dia akan menemukan esensi untuk bergerak. Maka, mahasiswa identik dengan pergerakan. Ketika mahasiswa, melihat
bahwa Indonesia peringkat kedua dari bawah dalam masalah literasi, maka ia
dengan sadarnya, akan menemukan esensi untuk melakukan pengabdian masyarakat,
demi meningkatkan literasi di Indonesia.
Atau literasi, dengan arti, kemampuan membaca dan menulis. Itu dua poin mengenai Definisi, dan Peran Mahasiswa ketika kita dipertemukan
dengan Literasi.
Mari kita lanjutkan lebih
dalam mengenai Literasi itu sendiri.
Menurut Eisenberg (2004) -salah satu sumber buku yang saya ambil-. Literasi
terbagi menjadi 5:
1. Literasi Visual (kemampuan mengekpresikan gambar)
2. Literasi Media (kemampuan mengakses informasi)
3. Literasi Komputer (kemampuan menggunakan perangkat komputer)
4. Literasi Digital (kemampuan penguasaan sumber dan perangkat
digital)
5. Literasi Jaringan (kemampuan menggunakan internet)
Hal ini tidak stagnan seperti yang disebutkan diatas. Dalam
sumber ini Jenis literasi berbeda-beda:
Intinya begini
teman-teman, ketika literasi tersebut menemukan bidangnya maka literasi tersebut menjadi condong definisinya kepada
bidang tersebut.Oke, itulah
jenis-jenis dari literasi, dengan tujuan agar teman-teman bisa mencari sendiri
apa saja jenis dari literasi. Karena menurut definisi Literasi tadi dari KBBI,
poin ke 3 adalah kemampuan menggunakan / mengoperasikan / menguasai /memanipulasi
suatu bidang. Ketika kita mengetahui jenis-jenis dari literasi tersebut, kita
harus mengetahui Fungsi dan Peran
Literasi di kalangan Mahasiswa. Mahasiswa dikenal sebagai seseorang yang
selalu dekat dengan Akademik. Mahasiswa,
dalam kegiatan sehari-harinya, menggunakan kemampuan kognitif.
Coba kita ambil literasi
Media sebagai contoh. Literasi media
menurut Center for Media Literacy
mencakup (1) kemampuan mengkritik media, (2) kemampuan memproduksi media, (3)
kemampuan mengajarkan tentang media, (4) kemampuan mengeksplorasi sistem
pembuatan media, (5) kemampuan mengeksplorasi berbagai posisi dan (6) kemampuan
berpikir kritis.
Sumber: Yosal Iriantara, Model Pelatihan Literasi Media
Untuk Pemberdayaan Khalayak Media Massa, Disertasi. Tidak Diterbitkan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, (2006), hlm. 80
Jadi, ketika kita masuk
kedalam Literasi Media, dan kita
sebagai mahasiswa. Maka sudah sepatunya,
kita melakukan:
1. Kritik Media
2. Produksi Media
3. Mengajarkan Media
4. Mengeksplorasi Pembuatan Media
5. Mengeksplor berbagai posisi media
6. Berpikir Kritis
Mari kita bahas
setengahnya lagi yakni "Tingkatkan Literasi *Raih Prestasi*". Memulai
pembahasan ini, mari kita kaitkan Literasi dengan Prestasi.Nah... Menurut W
James Potter kemampuan literasi media adalah hal yang multidimensional, di dalam kemampuan literasi media tersebut
terdapat empat dimensi yang saling terkait. Keempat dimensi tersebut, antara
lain:
1. Ranah Kognitif (proses mental dan pemikiran)
2. Ranah Emosi atau afektif (perasaan)
3. Ranah keindahan (kemampuan menikmati isi)
4. Ranah moral (memahami nilai dalam pesan)
Ranah ranah diatas adalah ranah yang tidak jarang kita pelajari
di dalam Universitas Negeri Jakarta, kampus kita.Itu baru satu bukti keterkaitan antara Literasi
dan Prestasi. Lalu bukti yang kedua.
Menurut Stanley J. Baran (2004), kemampuan literasi media mengandung aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Kemampuan dan keinginan untuk membuat kemajuan dalam memahami
isi, memperhatikan dan menyaring informasi dari luar.
2. Pemahaman dan respek terhadap kekuatan pesan media. Media
massa telah ada sejak satu setengah abad. Isi media cenderung gratis dan
relatif murah.
3. Kemampuan untuk membedakan emosi dari reaksi yang beralasan
ketika merespon isi dan tindakan yang menurutnya mengandung emosional.
4. Pengembangan harapan yang dipertinggi dari isi media.
Individu menggunakan media untuk mengisi waktu luang. Ketika menonton televisi,
biasanya mengganti saluran sampai menemukan saluran yang cocok.
5. Pengetahuan konvensi “genre” dan kemampuan untuk menerima
ketika terjadi penggabungan. Istilah “genre” merujuk kepada macam-macam ekspresi
dalam bermacam-macam media. Dimana “genre” tersebut melukiskan secara
khusus.
6. Kemampuan untuk berpikir kritis tentang pesan media, tidak
hanya kredibilitas sumber.
7. Sebuah pengetahuan bahasa internal dari berbagai media dan
kemampuan untuk memahami dampaknya, tidak hanya bagaimana masalah itu kompleks.
Itulah 7 aspek yang sebetulnya agak mumet untuk dipelajari. Data tersebut harus saya berikan, untuk
kebutuhan ilmu. Aspek-aspek kemampuan literasi media, yang dikemukakan Baran
tersebut, jika dikaitkan dengan prestasi akademik mahasiswa, maka sangat
berkaitan, karena prestasi akademik itu sendiri merupakan hasil belajar, atau
hasil kemampuan seseorang yang menjadi tolak ukur kemampuan atau
keterampilannya. Begini kira-kira keterkaitannya. Ini saya ambil dengan contoh
yang diminta untuk ditekankan, yakni Literasi Media. Nah, literasi tersebut
teman-teman adalah hasil pembelajaran kita dalam memahami suatu bidang atau
apapun itu. Dengan membaca dan tentunya menulis. Jadi, sudah pastik memiliki keterkaitan yang erat dengan prestasi.
Jadi, literasi penting untuk
ditingkatkan, apabila teman-teman ingin menjadi seseorang yang berprestasi.
Ketika kita memahami "Tingkatkan Literasi
Raih Prestasi" maka seharusnya, makna kalimat tersebut berubah menjadi, Literasi adalah Komponen Penting untuk
Meraih Prestasi. Jadi apa? Janganlah kita meninggalkan buku-buku kita,
janganlah kita meninggalkan catatan-catatan kita. Terlebih lagi, meninggalkan
salah satu sumber media tersebut yakni internet.
Nah, untuk lebih
teknisnya, saya diminta untuk menjelaskan juga "Bagaimana kita memanfaatkan teknologi dalam literasi Media"?
Ketika Teknologi + Media bertemu, maka berubah Literasinya teman-teman. Menjadi
Literasi Digital. Ini nih, baru masuk ke bidang Program Studi saya. Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer.
Menurut data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). Ada 132.7
JUTA pada tahun 2016, pengguna Internet di Indonesia.
Referensi:
http://tekno.kompas.com/read/2016/10/24/15064727/2016.pengguna.internet.di.indonesia.capai.132.juta.
Dalam referensi ini,
teman-teman bisa melihat sendiri, bagaimana Media Digital (Literasi Digital)
dapat merubah dunia. Pernah, ketika saya berada dalam suatu Seminar oleh
Telkom, mereka sendiri menyebutkan. Bahwa ketika kita "Menguasai
Media, maka kita Mengusai Dunia". Sadarlah teman-teman, kita yang baru
masuk ini ke UNJ, 2014 (merasa muda saya) - 2017 adalah generasi Digital Natives. Yang indikatornya :
1. Lahir di dunia digital
2. Selalu merunduk kebawah melihat handphone
3. Belajar dari mencari-cari (kurtilas)
4. Multitasking (dalam whatsapp misalnya)
5. Sosialita Banget
6. Orientasi kepada Multimedia.
Jadi sudah sepatutnya, kita memanfakan, generasi Dunia Digital
ini. Tentunya, untuk pergerakan Mahasiswa teman-teman. Kita perlu untuk
akhirnya mengerti betul, mana media yang pro dan mana media yang kontra. Berbicara
mengenai media ini bisa saja membuat teman-teman terciduk jadi harus hati-hati. Semoga kita dapat menseleksi Media-media
tersebut. Oleh karena itu Literasi Media
kita sangat butuhkan untuk menghadapi tantangan
zaman saat ini. Kita adalah Kids
Zaman Now menurut jargon-jargon yang sering dilontarkan saat ini. Because
Kids Nowaday Eat Media Everyday. Karena anak-anak zaman sekarang,
mengkonsumsi media setiap hari. Jadi sangat penting bagi kita, untuk akhirnya
memberikan peran besar dalam Literasi Media. Banyak teknologi yang bisa kita
gunakan, smartphone, komputer, laptop, tiap hari kita berkutat dengan perangkat
tersebut. Dibandingkan kita sibuk bermain dengan smartphone kita, lebih baik
kita coba meningkatkan Literasi Media kita. Begitulah kira-kira bagaimana kita
bisa menggunakan teknologi yang ada saat ini.Last but not least, teman-teman. Saya akan memberikan tips-tips
agar kita menjadi orang yang berprestasi kedepannya. Tentunya dengan tidak
menghilangkan bahwa kita harus
1. Membaca dan menulis
(penjelasan sudah panjang lebar dan tinggi diatas)
Diatas Pertama, ada yang namanya Utama, yakni:
1. Perkuatlah Ibadah
teman-teman. Terlalu banyak hal-hal yang abu-abu, jadi kita perlu menguatkan ibadah
agar terjaga di Dunia saat melakukan aktivitas kita.
2. Rencanakan kuliah
teman-teman. Terutama bagi anak-anak 2017, yang baru masuk, rencanakan dari
sekarang, per bulan per tahun kalian ingin menggapai apa saja.
3. Minimalisir rasa malas,
karena ketika variabel ini masuk kedalam benak kita, malas maka kita akan kehilangan seluruh rencana dan target yang
kita buat untuk kuliah kita.
4. Jagalah waktu.
Ingat waktu hanya 24 jam, jadi kita harus memaksimalkan sebisa mungkin agar
waktu yang ada tersebut bisa menjadi bermanfaat bagi kita, dan terutama bagi
orang lain. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
5. Tetaplah sehat dan
bugar, suatu berkah yang sangat mahal, yaitu Kesehatan. Ketika kita sakit,
banyak sekali lapangan pahala yang kita dapat lewatkan. Maka terus jaga kondisi
badan agar sehat.
Itulah tips-tips dari saya agar teman-teman dapat menjunjung
prestasi kedepannya. Semoga bermanfaat, dan ingat, mahasiswa identik dengan
bergerak. Ketika kita hanya mendengarkan penjelasan lalu tidak bergerak, maka
hilanglah sudah esensi Mahasiswa kita.
#Sesi Tanya Jawab
·
Tadi disebutkan bahwa
setelah kita memasuki literasi media maka abg mahasiswa salah satunya kita
dapat melakukan kritik terhadap media. Bagaimana pendapat anda mengenai banyak
nya kritikan thd media namun tidak memperhatikan kode etis penyampaian kritik
yg justru banyak menebar kebencian dan cacian, bahkan sebagian dari itu dilakukan
oleh mahasiswa yg seharusnya lebih paham mengenai tata cara penyampaian kritik
tjd media yg baik dan benar.
Ø Saya coba memberikan tanggapan mengenai kritik kepada media yang
tidak baik. Pertama, hal ini sering terjadi, karena memang akses kedalam media
(internet) saat ini sangatlah pesat, sehingga kita tidak bisa mengkontrol siapa
saja yang akan memberikan pendapat, dan bagaimana latar pendidikan mereka.
Ø Kedua, ketika kita menjadi pihak media yang dikritik, sudah
sepantasnya kita: (1) Mempelajari kritikan tersebut, (2) Tanggapi saran yang
diberikan, (3) Menghargai kritik yang diberikan, (4) Jangan baper (read: tersinggung),
(5) Abaikan kritik yang salah yang tidak berdasarkan kebenaran, (6) Jangan
marah menggapi kritik, (7) Senyum jangan lupa (klo face-to-face)
Ø Sebagai seseorang yang mengkritik (jika kita ingin mengkritik),
maka pastikan. (1) Kita mengetahui kondisi media tersebut (latar belakang, etc)
(2) Jangan ada kesan menggurui (3) Sampaikan dengan baik dan santun (4)
Berikanlah alasan-alasan logis.
Ø Pada akhirnya, ketika kita berada dalam Literasi Media yang
bagus, maka kode etis ini harus diberlakukan disetiap gerakan kita, mau kita
menjadi subjeknya, objeknya, orang yang dikritik, atau mengkritik. Sebagai
diri kita sendiri, coba mulai dari menilai diri kita sudah sejauh apa kita
memahami media tersebut. Kalau belum, mari sama-sama kita introspeksi diri, dan
laksanakan tugas kita sebagai akademisi yang baik tanpa menyinggung perasaan
atau menjatuhkan lembaga/orang lain.
·
Dalam literasi media
dikenal istilah propaganda dan penggiringan opini publik. Lantas bagaimana kita
bisa menerapkan kedua hal tersebut di dalam tulisan yg kita buat tanpa
menimbulkan debat berlebihan setelah posting tulisan tersebut di media?
Ø Propaganda dan Penggiringan Opini Publik memang sering terjadi.
Karena memang sebetulnya ketika kita bertemu dengan media, pasti mereka
melakukan hal tersebut demi meningkatnya suatu topik atau bahasan. Meskipun hal
tersebut adalah Propaganda dan Penggiringan Opini Publik, saya rasa memang
perlu sepatutnya dilakukan, namun bagaimana tata caranya. Saya suka dengan
perkataan sewaktu saya berada dalam pelatihan tim aksi di Fakultas Teknik,
yaitu kita harus Cover Both Sides,
kita hadirkan perspektif sisi lain sekaligus hadirkan perspektif segi kita,
tentunya dengan mengadirkan juga data-data yang valid. Karena ketika
diibaratkan kita beradu argumentasi, maka hal yang paling signifikan menjadi
bukti adalah relevansinya pernyataan kita dengan data yang kita punya. Nah,
ketika diskusi tersebut sudah mulai tidak sehat, maka saran saya, kita
tinggalkan atau abaikan komentar tersebut. Kita hadir sebagai akademisi yang
berkecimpung dalam media, jadi kita juga harus bertindak selayaknya akademisi.
Dengan menghargai pendapat orang lain, beradu argumentasi, dan coba untuk
menggiring mereka dengan argumen yang kita punya. Masalah mereka mau ikut atau
tidak, itu sepenuhnya diserahkan kepada mereka.
·
Literasi ini kan sangat
penting ya untuk mencapai tri dharma perguruan tinggi, dan sadar literasi akan
menjadi soal bagi civitas akademika kampus tetapi sekarang betapa banyak
mahasiswa melupakan tradisi intelektual seperti membaca, menulis, diskusi dan
riset mereka lebih memilih nongkrong atau melakukan hal gajelas. Gimana ya ka,
cara untuk menumbuhkan kembali budaya literasi tersebut?
Ø Nah ini sudah sepatutnya menjadi peran kita sebagai mahasiswa
untuk menimbulkan budaya literasi di kalangan mahasiswa. Satu hal yang perlu
kita ubah adalah cara kita dalam
menimbulkan budaya tersebut. Kita sudah melihat data, bahwa minat baca
rendah, tetapi minat membaca message WA
tinggi. Salah satu caranya bisa seperti kita mengadakan diskusi online seperti
ini, ini merupakan pergabungan yang bagus menurut saya. Antara dunia
digital dan kajian akademis digabungkan menjadi satu. Selain itu masih banyak
lagi cara kita untuk mencapai budaya literasi yang kita inginkan. Ibaratkan
begini saja, kita bisa menimbulkan budaya literasi tersebut, namun tidak
seperti dulu lagi. Karena generasi sudah berubah. Sebagai mahasiswa kita juga
harus pintar membaca medan dimana kita berada. Sehingga kedepannya, apa yang
kita lakukan based by data. Ketika based by data, insyaAllah apapun yang kita
lakukan akan mendapatkan hasil.
·
Bagaimana caranya untuk
mengajak orang sekitar agar mencintai dunia literasi ya kak? Dan contohnya
adalah dalam kepenulisan banyak juga yang minder dalam membuat karya tulis
essai. Langkah apa aja nih kak agar tulisan kita contohnya essai agar menjadi
tulisan/essai terbaik?
Ø Mengajak orang-orang yang ada di sekitar kita tidaklah mudah.
Butuh perjuangan. Apresiasi dari mahasiswa ini untuk ingin terjun langsung
mengajak teman-teman sekitarnya.
Ø Pertama, cobalah kita dekatkan mereka dengan kita dari aspek
yang berbeda terlebih dahulu. Siapa tahu mereka bukannya suka membuat karya tulis
tapi suatu hal yang lain, coba kita berbaur dengan mereka (dengan syarat tidak
melebur, ikut tidak suka literasi).
Ø Kedua, kita sisipkan disetiap kegiatan mereka dengan buku
bacaan, tapi yang masih berhubungan dengan bidang yang orang tersebut geluti
atau minat. Berikan buku yang ia suka terlebih dahulu.
Ø Ketiga, ketika orang tersebut merespon positif upaya dari kita,
maka kita tinggal menunggu orang tersebut berdiskusi aktif dengan kita dan
mencoba untuk membaca lebih banyak. Hal ini tidak bisa dilakukan secara
sakleg (cara yang sama) kepada orang-orang yang berbeda, kita harus
menyesuaikan diri kita dengan orang-orang yang ingin kita ajak.
Ø Agar tulisan essay kita menjadi essay terbaik. Tidak jarang
pemenang-pemenang essay, adalah seseorang yang berhasil mengajak pembaca terjun di dunia sang penulis, terbawa arus oleh tulisan penulis, teryakinkan dengan data yang
dipaparkan, dan berpihak kepada si
penulis. Apabila kita sebagai penulis essay bisa menghadirkan itu, maka
insyaAllah essay kita menjadi salah satu dari essay terbaik yang pernah ada.
Semangat terus, dan ingat, terus mencoba, karena The Best Teacher is Experience. Semoga bermanfaat.
·
Tadi bang Rakha membahas
sedikit mengenai pergerakan mahasiswa. Nah, setiap kali diam atau bergeraknya
mahasiswa selalu menuai kritik kan. Lantas bagaimana kita memanfaatkan
literasi, dalam hal ini? Seperti pembelaan, pencerdasan dan semacamnya.
Sehingga "pihak2" yg berkomentar dengan negatif ini bisa memiliki
sedikit perubahan pandang terhadap mahasiswa yg bergerak
Ø Hal seperti ini, peristiwa mengkritik dan dikritik adalah suatu
hal yang lumrah, kecuali kita berada dalam lingkungan yang tidak ada literasi
sama sekali. Kritik dan Mengkritik sekali lagi, pasti akan dilakukan oleh
banyak orang, apabila yang kita lakukan tersebut salah, lebih nya lagi, apabila
yang kita lakukan tersebut adalah benar. Jadi ketika ada seseorang yang mengkritik,
kita gunakan lagi teknik yang sebelumnya
sudah dijelaskan dalam membalas kritik atau mengkritik seseorang. Mahasiswa
sekali lagi, identik dengan bergerak, lantas kritik apapun yang terlempar
kepada mahasiswa, yang penting mahasiswa bergerak
dulu. Kalau tidak ada pergerakannya, maka sekali lagi hilanglah sudah esensi
mahasiswanya.
·
Bagaimana cara
meningkatkan literasi media secara halus dan terkesan tidak memaksa, agar kids
jaman now tahu fungsi lebih dari media?
Ø Meningkatkan literasi media secara halus dan tidak memaksa dapat
dilakukan dengan memindahkan seluruh platform informasi ke dalam era
digitalisasi. Apapun yang kita lakukan saat ini haruslah dalam bentuk
digitalisasi. Contoh:
Ø Press release: Release ke dalam bentuk digital, hadirkan dalam
desain yang menarik agar orang ingin membaca dan ingin mencari tahu. Suatu
kejadian: Abadikan dalam bentuk dokumentasi, hadirkan dokumentasi yang
menggugah rasa ingin tahu sehingga mereka ingin mencari
Ø Berita/informasi: Hadirkan berita/informasi yang aktual dan kekinian serta yang tidak kalah penting,
informasi yang berguna bagi "kids
jaman now" tersebut. Karena mereka pasti mencari suatu hal yang
berguna bagi mereka. Jadi hadirkan berita/informasi yang berguna bagi anak anak
digital era. Contoh informasi/berita yang berguna, bisa saja, tips and trick selamat dari maag versi anak
kosan wkwk. Yaa itu salah satu contoh saja..
·
Di Indonesia angka buta
huruf masih terbilang cukup tinggi, bukan hanya di lingkungan orang
dewasa/orang tua saja. Tetapi juga di lingkungan anak2 yg putus sekolah. Lantas
bagaimana membudidayakan literasi bagi mereka yg buta aksara tetapi tidak
memiliki niat pula untuk belajar mengenal huruf dan angka?
Ø Apabila mereka tidak memiliki niat untuk belajar, kalau begitu
mari kita sama-sama timbulkan niatannya tersebut. Niatan kita (pengajar) bisa
jadi menimbulkan niatan para buta aksara untuk mempelajari. Kerja kerasnya kita
untuk berkorban demi mereka juga pasti menimbulkan hal tersebut. Tinggal
dikitanya nih, sejauh apa kita ingin berkorban untuk mereka, sejauh apa yang
kita bisa berikan untuk mereka. Konsep dan kreatifitas/inovasi apa yang bisa
kita berikan kepada mereka. Hal tersebut menjadi penting tentunya dalam
suasana kampus. Jangan sampai kita berpikiran bahwa salah satu caranya hanyalah
dengan mengarjakan huruf secara konvensional, bisa jadi hal ini tidak efektif
lagi, bisa jadi mereka mulai ingin mempelajari huruf, apabila huruf tersebut
berguna bagi penghasilan mereka. Maka kita hadirkan rasa tersebut, rasa menjadi
mereka, dan menentukan kebutuhan mereka itu apa saja. Setelah kebutuhan
tersebut kita bisa capai, maka kita dengan pelan-pelan memasukkan unsur
pembelajaran bagi para buta aksara. Intinya, slowly but surely.
– Closing Statement–
Saya
ingin tegaskan peryataan yang sudah saya sebutkan Mahasiswa identik dengan Bergerak, maka apabila Literasi hanya kita
gunakan untuk kritik tanpa pergerakan,
maka hilang sudah Esensi Mahasiswa
kita. Jadilah Mahasiswa yang memiliki
Literasi tinggi sekaligus bergerak dan rela berkorban bagi orang lain. Semoga
kita semua diberikan kemudahan dalam melaksanakan segala aktifitas kita. Hidup Mahasiswa!
Komentar
Posting Komentar