Pemateri : Mohd Robi
Amri, S.T (Kasubdit Mitigasi BNPB)
~CV~
~MATERI~
Di
Indonesia ada banyak daerah yang rawan bencana, alangkah lebih baik jika desa
bisa mengetahui alur alur untuk advokasi dana desa untuk siaga bencana. Gambar
tsb menggambarkan alurnya, silahkan
dibaca baca dulu untuk nambah pengetahuan.
Sebagai latar belakang....mari kita lihat peta ini. Secara
geografis, indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di sekitar
khatulistiwa sehingga kita beruntung memiliki iklim tropis, dengan curah hujan
relatif memadai. Disisi lain juga menyebabkan negara kita rawan berbagai bencana
hidrometeorologi seperti: banjir, cuaca ekstrim, dan longsor.
Jika
dilihat secara geologis, negara kita berada dipertemuan 3 lempeng tektonik yang
sangat mempengaruhi ketersediaan berbagai sumberdaya mineral yang cukup
berlimpah. Hanya saja, disi lain juga memiliki dampak negara kita memiliki
risiko terjadinya bencana geologi seperti gempabumi, tsunami, dan erupsi
gunungapi.
Minimal
ada 10 Jenis Bencana di Indonesia:
1.
Gempabumi
2.
Tsunami
3.
Erupsi Gunung Api
4.
Longsor
5.
Banjir
6.
Banjir Bandang
7.
Kekeringan
8.
Kebakaran lahan dan hutan
9.
Cuaca Ekstrim
10.
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
2.271
kejadian bencana selama 2017. Kecenderungan kejadian bencana terus meningkat.
Bencana Hidrometeorologi masih tetap mendominasi.
Selama
2017, bencana telah merusak banyak bangunan masyarakat dan fasilitas publik di
Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan.
Selama
tahun 2017, kejadian bencana melanda hampir seluruh provinsi, lima provinsi
terbanyak kejadian bencana adalah:
1. Jawa
Tengah (600)
2. Jawa
Timur (419)
3. Jawa
Barat (316)
4. Aceh
(89)
5. Kalimantan
Selatan (57)
Jika
kita lihat per Kabupaten/Kota, lima kabupaten/kota terbanyak:
1. Bogor
(79)
2. Cilacap
(72)
3. Ponorogo
(50)
4. Temanggung
(46)
5. Banyumas
(45)
Data
tadi semua merupakan data sejarah kejadian masa lampau. Tidak bisa kita rubah
atau perbaiki. Yang dapat kita lakukan adalah memperbaiki dampak dan
merencanakan masa depan dengan belajar dari masa lalu.
Khusus
Indonesia, kebangkitan kesadaran untuk antisipasi bencana berawal dari kejadian
Tsunami Aceh tahun 2004. Kejadian yang memilukan itu telah menjadi awal
perubahan paradigma di Indonesia. Pemerintah secara bertahap telah melakukan
berbagai upaya dalam membangun sistem untuk mengelola bencana....dengan tujuan:
1.
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
2.
menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
3.
menjamin terselenggaranya PB secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan
menyeluruh;
4.
menghargai budaya lokal;
5.
membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
6.
mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan;
7.
menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
#SESI TANYA JAWAB
PERTANYAANN 1 & 2 lihat gambar ini
·
Q : Apakah perbedaan warna itu
menggambarkan lempengan yang berbeda Pak?
Betul...tiga
warna itu menggambarkan 3 jenis lempeng yang berbeda...
· Q : Yg alur merah dan tanda panah hitam
itu dilambangkan dgn apa ya pak? apakah bencana di Jawa tengah dll itu ada hubungannya
dgn tanda2 tsb?
Peta
ini menggambarkan kondisi geologi negara kita...garis merah itu menggambarkan
titik temu lempeng bumi yang identik dengan daerah yang banyak mengalami
pergeseran..sehingga disekitar garis merah akan banyak dijumpai patahan dan
gempabbumi. sedangkan garis hitam itu lebih kepada menggambarkan arah
pergerakan yang terjadi. Untuk masyarakat awam memang peta ini tidak terlalu
komunikatif, yang perlu diketahui adalah kesimpulan umum saja, bahwa wilayah
Indonesai memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks, semain jauh dari garis
merah, semakin kecil kemungkinan terganggu oleh aktivitas geologi seperti
gempabumi dan erupsi gunungapi. Peta ini menggambarkan kondisi geologi negara
kita...garis merah itu menggambarkan titik temu lempeng bumi yang identik
dengan daerah yang banyak mengalami pergeseran..sehingga disekitar garis merah
akan banyak dijumpai patahan dan gempabbumi. sedangkan garis hitam itu lebih
kepada menggambarkan arah pergerakan yang terjadi. Untuk masyarakat awam memang
peta ini tidak terlalu komunikatif, yang perlu diketahui adalah kesimpulan umum
saja, bahwa wilayah Indonesai memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks,
semain jauh dari garis merah, semakin kecil kemungkinan terganggu oleh
aktivitas geologi seperti gempabumi dan erupsi gunungapi.
· Q : Pak maaf mau tanya, apa yg
menggerakkan lempeng tsb? Sehingga dapat terciptanya guncangan/gempa bahkan
tsunami
Terkait
dengan pergerakan lempeng, terjadi karena adanya aktivitas pergolakan magma
yanga da di bawah permukaan kerak bumi...ilustrasinya bisa dilihat di video
ini: https://www.youtube.com/watch?v=SBodDSvqaKo
. Saya juga menemukan video ini di Youtube, untuk menambah referensi pemahaman
taktivitas tektonik: https://www.youtube.com/watch?v=wZUFz12N_kU
· Q : Apakah aktivitas manusia semisal
pengeboran minyak, dll dapat menyebabkan pergeseran lempeng tsb pak?
Pergerakan
lempeng itu dipengaruhi oleh pergolakan magma dibawahnya...ketebalan
lempeng/kerak bumi itu sangat tebal, berkisar 20-70 km, sehingga butuh energi
yang sangat besar untuk menggerakkannya....sedangkan aktivitas pemboran hanya
sekitar kedalaman 200m - 2 km saja...sehingga sangat kecil sekali energinya
yang dapat mempengaruhi pergerakan lempeng.
· Q : Kalau dilihat dari data, bencana
alam terjadi di titik pulau Jawa. Apakah ada penyebab tertentu secara geografis
sedangkan jika dilihat dri arah gerakan lempengan di pulau sumatera juga banyak
dan dekat garis merah? Atau karena faktor penduduknya yg padat juga?
Bencana
terjadi minimal ada 2 faktor:
1. ada
ancaman: seperti kejadian gempa bumi, erupsi gunungapi
2. ada
yang terancam: seperti bangunan dan manusia
Kejadian
gempabumi terjadi setiap saat, selama masih ada pergerakan magma dibawah
permukaan, gempabumi akan terus terjadi....hanya saja jika selama tidak
mengganggu kehidupan, kejadian itu akan tetap dicatat sebagai fenomena alam
saja bukan menjadi sebuah bencana...
· Q : Menyikapi Kota jakarta yg akan
tnggelam krena dua faktor yaitu pemanasan global yg menyebabkan naiknya level
air laut dan eksploitasi air tanah di jkrta yg berlebihan.. Jika ini terus
berlangsung maka Judul pertanyaan saya akan teramini, dan ini akan menjadi
bencana terbesar di ibukota. Sejauh ini apakah sdh ad program terkait ancaman
ini pak? Klau sdh seperti apa dan perkembngnnya bgaimana?
Ada
beberapa hal yg perlu kita diluruskan .
1. Kita
saat ini telah menganti pemahaman terkait pemansan global menjadi perubahan
iklim
2. Judul ini memang sedikit profokatif, jika
dilihat dari beberapa penelitian memang sebagian wilayah jakarta berada di
level bawah permukaan laut rata-rata, tetapi banyak juga wilayah DKI yang jauh
berada datas permukaan laut.
3. Yang
menyebabkan tergenangnya suatu daerah (termasuk sebagian Jakarta) memang banyak
faktor tidak hanya kenaikan permukaan laut saja, tetapi penurunan permukaan
tanah akibat berbagai faktor , dan banyak faktor lain juga.
Untuk
antisipasi ini, tentunya Pemerintah daerah DKI telah menyusun rencana
antisipasinya. Untuk rencana detilnya, mohon maaf saya belum bisa share di
forum ini.
· Q : upaya masyarakat sebagai masyarakat tangguh bencana ? (Karena
Indonesia negara rawan bencana alam krn berada di 3 lempeng mayor dunia dan 2
sirkum). Jepang dan Indonesia memiliki banyak persamaan, namun apa kelebihan
Indonesia dibanding Jepang dlm menghadapi bencana ? Apa jepang lebih unggul dlm
mitigasi bencana ?
Dalam
mewujudkan masyarakat tangguh bencana, yang perlu diperhatikan adalah kesadaran
secara individu dan kolektif akan bahaya disekitarnya, serta kesadaran untuk
melakukan antisipasi secara partisipatif. Jepang memang lebih unggul dalam
upaya antisiasi/mitigasi secara struktural, selain cakupannya yang relatif
lebih sedikit, juga kapasitas yang mereka miliki sangat berbeda dengan negara
kita.
Berbagai
upaya yang telah disiapkan untuk membantu mewujudkan ketangguhan dan pemahaman
masyarakat:
1. inaRISK
Apps
2. Buku
Khutbah Kebencanaan (Kerjasama BNPB dan Dewan Masjid Indonesia)
3. Program
Sekolah/Madrasah Aman Bencana (Kemitraan dengan Kemdikbud dan Kemenag)
4. Gerakan
Nasional PRB (”Sekolah Sungai”, “Sekolah Gunung”, dan “Sekolah Laut”).
Sandiwara Radio Kebencanaan : “Asmara di Tengah Bencana”
5. Dukungan
pembentukan forum kebencanaan (Platform PRB Nasional/Daerah, Forum Perguruan
Tinggi untuk PRB, Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), Forum Merapi, Forum
Pasebaya Gn. Agung, dll)
6. Simulasi/geladi
lapang (HKBN: 26 April)
· Q : minta rekomendasi buku aja tntg bencana
Terkait
buku, cukup banyak yang bisa di baca, silahkan coba di : http://perpustakaan.bnpb.go.id/
– Closing Statement–
Upaya
untuk mengurangi risiko dan dampak bencana, perlu dilakukan bersama oleh
Pemerintah dan masyarakat. Kepedulian dan peran aktif tokoh masyarakat dalam
membangun kesadaran berperilaku sadar bencana sangat dibutuhkan, termasuk
seluruh anggota FNM.
Semangat
dan jiwa positif menghadapi permasalahan bencana semua pihak (bukan meratapi,
saling menyalahkan, saling mengandalkan) dapat membantu mengembalikan jatidiri
bangsa, misalnya: dengan menjaga semangat gotong royong dan saling membantu,
berfikir konstruktif dan mencari solusi. Mari secara aktif bersama kita kenali
risiko disekitar kita, waspadai dan lakukan aksi kurangi risikonya. Kepedulian
kita akan menyelamatkan kita, keluarga, dan bangsa kita.
Komentar
Posting Komentar