Oleh : Erfan Kurniawan (Ketua BEMP PLB & Komandan Green Force 2017)
Kasus Bullying yang menimpa saudara Muhammad Farhan di salah
satu universitas yang ada di Depok. Ini
merupakan salah satu dari sekian banyak kasus yang terjadi pada pendidikan di
negeri ini. Farhan merupakan salah satu mahasiswa yang memiliki kebutuhan
khusus. Meskipun ada yang mengatakan bahwa Farhan bukanlah Mahasiswa
Berkebutuhan Khusus, tapi Pernyataan dari Wakil Rektor Bidang kemahasiswaan
mengatakan bahwa Farhan adalah mahasiswa berkebutuhan khusus.
"Memang
kita akan evaluasi dari kejadian ini untuk treatmen ke depannya apa ada hal-hal
khusus atau hal-hal yang berlaku umum sama dengan yang lain. Saya juga
mengimbau pada teman-teman mahasiswa yang lain harus welcome sambut mereka
(mahasiswa berkebutuhan khusus) untuk belajar sama-sama" jelasnya
Disana ada mahasiswa
berkebutuhan khusus dari fakultas hukum yang harus mendapatkan hal seperti ini.
Bahkan dari Dosennya juga. Ya.... Terlepas Farhan itu mahasiswa berkebutuhan khusus atau
tidak. Kasus Bullying ini tidak sedikit juga terjadi pada anak yang dikatakan
'normal'.
'normal'
dan 'tidak normal'
Bisa dilihat kurva normal nya, yg tengah
itu bagian 'normal'nya, kiri dan kanannya itu bagian 'tidak normal'nya. Bagian
tengah itu banyak, sedangkan kiri dan kanannya sedikit. Kalau dibilang 'normal'
maka ini hal yang umum atau kebanyakan orang memiliki hal ini. Seperti kita
saja, banyak yang sama dengan kita sehingga menjadi mayoritas. Sedangkan 'tidak
normal' itu hanya sedikit yang memilikinya. Karena mereka diberikan
keistimewaan oleh-Nya, sehingga hanya orang tertentu saja yang mampu
memilikinya.
Kasus Bullying Farhan
Video 14 detik itu terlihat jelas beberapa orang yang ada
disana. Ada yg memegang tas Farhan, ada juga yang mengejek nya. Sisanya hanya
melihat saja tanpa membantunya. Di video itu juga Farhan kesal terhadap
temannya, sehingga Farhan harus melempar tong sampah yang ada didekatnya. Farhan
kesal terhadap temannya, sehingga Farhan harus melempar tong sampah yang ada
didekatnya. Dari peristiwa itu sangatlah Viral
hingga menuai respon dari berbagai macam elemen termasuk
Kemenristekdikti. Rabu 19 Juli 2017 malam, Universitas Gunadarma memutuskan
untuk menghukum skorsing pada 13 pelaku bullying yang viral di internet
belakangan ini. Keputusan tersebut dibacakan oleh Wakil Rektor III
Universitas Gunadarma, Irwan Bastian. Ke-13 pelaku bullying tersebut dihukum
sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Tiga mahasiswa dengan pelanggaran
berat yakni AA, YLL, dan HN dikenakan skorsing 12 bulan. Satu orang
berinisial PDP diskorsing selama enam bulan karena terlibat dalam video
tersebut sambil berteriak-teriak. Sedangkan sembilan orang lainnya diberikan
peringatan tertulis karena terlihat dalam video melakukan pembiaran.
Bullying
Ø Menurut Olweus(1994: 9) mendefinisikan bullying merupakan
tindakan negatif yang dilakukan seseorang atau lebih, yang dilakukan
berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu.
Ø Sedangkan menurut Tattum dan Tattum (1993: 8) menjelaskan bahwa
”bullying adalah hasrat yang sadar dan disengaja untuk menyakiti dan membuat
orang lain tertekan.”
Dari kedua definisi tersebut dapat dikonstruk bahwa Bullying itu
merupakan perilaku negatif yang dilakukan kepada seseorang secara
berulang-ulang sehingga membuat psikologis maupun fisik orang tersebut tertekan. Berikut
ini jenis-jenis bullying menurut SEJIWA (2008) :
1.
Bullying
fisik
Jenis bullying yang terlihat oleh mata, siapapun dapat
melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan
korbannya. Contoh: memukul, menarik baju, menjewer,
menjambak, menendang, menyenggol dengan bahu, menghukum
dengan membersihkan WC, menampar, menimpuk, menginjak
kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan barang,
menghukum dengan berlari lapangan, menghukum dengan cara, push
up.
2.
Bullying
verbal
Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa terungkap
indra pendengaran kita. Contoh - contoh bullying verbal antara lain : membentak,
meledek, mencela, memaki - maki, menghina, menjuluki, meneriaki,
mempermalukan didepan umum, menyoraki, menebar gosip, memfitnah.
3.
Bullying
mental atau psikologis
Jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap
oleh mata atau telinga kita apabila tidak cukup awas mendeteksinya.
Praktik bullying ini terjadi diam - diam dan diluar jangkauan pemantauan
kita. Contoh - contohnya: mencibir, mengucilkan, memandang sinis, memelototi,
memandang penuh ancaman, mempermalukan di depan umum,
mendiamkan, meneror lewat pesan pendek, telepon genggem atau
email, memandang yang merendahkan. Ketiga
aspek umumnya yang terjadi, termasuk Cyberbullying
menggunakan medsos yg ada
Penyebab
Terjadinya Bullying
Menurut Ariesto (2009, dalam Mudjijanti 2011) dan Kholilah (2012)
:
1.
Keluarga
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah
: orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi
rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari
perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi
pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya.
Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan
terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka
yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif,
dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan
seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying.
2.
Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap
perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain.
Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering
memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman
yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai
dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
3.
Faktor
Kelompok Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar
rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa
anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa
mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka
sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut. Ada
hal yang perlu kita perhatikan dan amati bahwa perilaku bullying ini efeknya tidak hanya
dirasakan oleh korban Bullying, namun juga si pelaku Bullying tersebut.
Bahaya
Bullying Bagi Pelaku
1.
Bahaya
atau efek dari tingkah laku bullying tidak hanya ditanggung oleh si korban
bullying, tetapi juga memberi pengaruh pada si pelaku bullying, korban
bullying, begitu pula pada anak yang melihat langsung tindakan bully tersebut.
Berdasarkan pada penelitian tentang pelaku bullying di dunia menunjukkan bahwa
satu dari tiga anak mengaku pernah melakukan tindakan bullying pada temannya.
Mereka juga yang biasa menyaksikan tindakan bullying pada kawan-kawannya akan
mengalami resiko menjadi pribadi individu yang penakut dan rendah diri, sering
merasakan kecemasan yang berlebihan, dan
merasa keamanan diri rendah.
2.
Menurut
Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) National Youth Violence Prevention yang
mengemukakan bahwa pada umumnya, para pelaku bullying memiliki rasa kepercayaan
diri yang sangat tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, sehingga cenderung
bersifat maupun bertindak secara agresif dengan perilaku yang pro terhadap
kekerasan, sebagian besar memiliki tipikal orang berwatak keras, mudah marah
atau emosinya cepat naik dan impulsif, memiliki rasatoleransi yang rendah
terhadap hal yang membuat frustasi baginya atau dibenci.
3.
Dengan
melakukan bullying, pelaku akan menganggap bahwa mereka memiliki kekuasaan
penuh terhadap keadaan. Apabila didiamkan terus-menerus tanpa intervensi dari
pihak tertentu, perilaku bullying ini dapat menyebabkan terbentuknya perilaku
lain seperti melakukan kekerasan terhadap anak dan tindakan kriminal lainnya
sehingga bisa menjadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan kewenangan
antar sesama teman.
Bahaya
bagi korban bullying
1.
Membuat
si korban merasa cemas dan ketakutan sehingga mempengaruhi konsentrasi belajar
di sekolah bagi korban bully pelajar dan menuntun mereka untuk menghindari
sekolah. Bila bullying terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama, maka dapat
mempengaruhi kepercayaan diri siswa, terjerat dalam isolasi sosial, memunculkan
perilaku menarik diri dari pergaulan, menjadikan si korban rentan mengalami
stress dan depreasi, serta merasa tidak aman. Hal tersebut didasarkan pada
hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource
Centeroleh Sanders (2003; dalam Anesty, 2009)
2.
Korban
bully akan merasa depresi dan marah ketika ia mengalami bully secara
terus-menerus dan berlangsung lama. Ia kemungkinan marah terhadap dirinya
sendiri, bisa juga terhadap si pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya
dan terhadap orang dewasa, pihak
tertentu, keluarganya maupun orang di sekitar yang tidak dapat atau tidak mau
menolongnya atau dapat melindunginya. Hal tersebut kemudan mulai mempengaruhi
prestasi akademiknya bila korban bully seorang siswa. Sehingga lama-kelamaan
korban bully tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk
mengontrol hidupnya, dan mungkin akan mundur lebih jauh lagi dari kehidupan
sosial alias mengasingkan diri. (Coloroso :2006)
3.
Seorang
pelajar yang mengalami bully ia akan jarang hadir di sekolah karena takut
sehingga menimbulkan prestasi akademik yang rendah bagi siswa, merasa depresi
di usia dini. Selain itu akan terjadi penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan
penurunan drastis pada kemampuan analisis siswa. Hal tersebut sesuai penelitian
Banks (1993, dalam Northwest Regional Educational Laboratory, 2001; dan dalam
Anesty, 2009).
Cara
pencegahan Bullying
1.
Bagi
Orang Tua atau pengasuh
Harus mengenali karakter dari anak, perlu kita sadari bahwa
salah satu penyebab terjadinya bullying adalah karena ada anak yang memang
memiliki karakter yang mudah dijadikan korban bully. Sikap “cepat merasa
bersalah”, maupun penakut, yang dimiliki anak. Dengan mengenali karakter anak,
kita dapat mengantisipasi berbagai potensi intimidasi dan tindakan bullying
menimpa anak, atau setidaknya lebih cepat menemukan solusi agar kita menjadi
lebih siap secara mental. Menjalin komunikasi dan perhatian yang besar dengan
anak.
2.
Bagi
pihak sekolah
Saling bekerja sama antar pihak sekolah dan guru maupun yang ada
disekolah. meminta bantuan mereka dan mengamati bila ada perubahan emosi atau
fisik anak murid mereka misalnya sering terlihat ketakutan atau terlihat babak belur
pergi sekolah. Mewaspadai perbedaan ekspresi agresi dan interaksi yang berbeda
yang ditunjukkan anak di rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada orang tua).
Membina kedekatan dengan teman-teman sebaya atau teman sepergaulan si murid
atau teman sekelas dengan cara mencermati tiap cerita mereka ketika sedang
berteman. Mewaspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasanya.
3.
Bagi
Pemerintah
Melakukan dan mewadahi sarana pencerdasan bagi guru, siswa, dan
elemen yang ada disekolah maupun dimasyarakat. Misalnya mengenai disabilitas,
pemerintah melakukan program Pencerdasan kepada sekolah maupun masyarakat
mengenai apa itu disabilitas dsbgainya, agar tidak terjadi Bullying.
Pendidikan Karakter
Dari semua permasalahan Bullying, pendidikan karakter menjadi
salah satu cara yang efektif guna menghadirkan solusi. Sejatinya, para pakar
pendidikan yang merumuskan bangsa ini pun sudah menghadirkan konsep pendidikan
karakter yang tepat sesuai dengan heterogenitas bangsa ini. Salah
satunya contoh yang tidak awam bagi kita Ki Hajar
Dewantara . Beliau mengonsepkannya melalui Trilogi Pendidikan yang diajarkannya, yaitu ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Ø Ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi
teladan atau contoh tindakan yang baik).
Ø Ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru
harus menciptakan prakarsa dan ide)
Ø Tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan)
Dalam membangun moral bangsa, kita dapat aplikasikan Trilogi
Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan baik itu pendidikan
formal, informal, dan non formal. Dalam bersosialisasi dimasyarakat,
individu harus mempunyai etika dan sopan santun. Untuk mendapatkan pembelajaran
sopan santun dan etika ini dimulai dari pendidikan nonformal dalam keluarga,
dari pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal di masyarakat.
#SESI TANYA JAWAB
·
Brdsarkan
fakta pndidikan kita skrang mengarah pd sekularisasi pendidikan yakni
memisahkan agama dari kehidupan. Bagaimna mungkin membntuk manusia yg bertaqwa sprti tujuan
pndidikan smntra pelajaran agama akan dikurangi
bhkaan akan dikesampingkan. Ini sangat miris, Indonesia yg notabene mayoritas
Islam belajar agama sndiri dipersulit.. pdhal pelajaran agama yg akan mmbntuk
ketaqwaan individu dan akhlakul karimah. Bullying
hnya satu dari sekian kasus yg trjdi didunia pendidikan msh bnyak kasus lain
sprti mahalnya pendidikan, pndidikan hnya brlaku bg org yg memiliki uang pdahal
sdh jelas bhwa pndidikan adlh hak setiap warga indonesia. saya mau brtnya,
sekularisasi pndidikan ini sangat bgtu menyeramkan jika trjadi terus menerus.
Apa langkah yg bsa dilakukan untuk memberantas sekularisasi pndidikan skrg?
Terkait sekularisasi. Banyak
hal yang bisa dilakukan dalam mengantisipasi hal ini. Saya pun setuju jika
pelajaran agama menjadi salah satu hal yang dapat mengantisipasinya. Namun
sekarang Potret pendidikan yang ada di negeri ini sudah jauh dari tujuan awal
yang telah diformulasikan oleh para pendiri bangsa. Sudah jelas tujuan UUD 1945
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi orientasi saat ini pun berubah, salah
satunya sekularisasi yang dimaksud. Hingga menuai pada kapitalisasi pendidikan. Salah
satu hal yang konkrit selain pendidikan melalui pelajaran agama. Kita dapat
mengembangkan gaya pendidikan bangsa ini untuk kembali ke pendidikan yang dihadirkan
oleh para pendiri bangsa ini yang sesuai dengan Kultur budaya kita. Seperti
konsep Trilogi Pendidikan, kayu tanam, pesantren. Dan sebagainya.
·
Kita
hidup bersama. Masalah bercandain temen itu hal wajar. Ternyata bullying itu adalah perlakuan negatif yang dilakukan terus menerus atau
berulang kali. Nahh kehidupan dipondok kan hal yang biasa. Mungkin "bercanda" sampe anak yang di bercandain nyaa itu
kadang ga betah. Ada cara kitaa untuk saling akrab. Sedangkan yang nge
becandain langsung mengerti kepribadian orang tersebut. Jadi langsung main
lagi. Apakah perlakuan itu masih dibilang BULLYING? karna niat kitaa
adalah untuk saling akrab dan mengetahui sifat satu sama lain.
Kalo sudah masuk ke dalam Indikator dari Bullying bisa dikatakan
seperti itu. Ini juga sering ada ko bahkan dilingkungan sekitar. Cuma
terlepas dari nama 'Bullying', sudah seharusnya kita dapat memahami karakter
sahabat, teman, dan kerabat yang lainnya. Sehingga dapat menjaga hatinya
·
Tindakan
bullying itu ada 3 jenis, pada point 1 ada salah satu jenis bullying dengan
cara fisik. Apakah pemberlakuan push up pada kaderisasi atau pemukulan termasuk
dalam bullying?
Tergantung dari kondisinya. Kalo dari fakultas ilmu keolahragaan
kan itu emang udah aktivitas sehari-harinya. Tapi kalo
kekerasan selain itu ya bisa diindikasikan masuk kedalam hal itu.
·
Adakah
program dari pemerintah untuk mencegah bullying ini?
Program pemerintah itu banyak untuk mencegah Bullying. Salah
satunya dengan mengadakan seminar, sosialisasi, dan pendidikan melalui mata
pelajaran yang ada. Usaha pemerintah untuk melakukan hal ini sudah ada. Kita bisa
lihat di SK menristekdikti nomor 96 tentang pengenalan kehidupan kampus. Ini
salah satu upaya untuk mengurangi Bullying secara fisik, khususnya dalam kaderisasi.
– Closing Statement –
Terkait permasalahan pendidikan khususnya terhadap kasus Farhan, sudah seharusnya kita lebih menekankan pada pendidikan karakter.
Terlebih lagi dari perilaku Bullying ini agar dimasa mendatang tidak membuat
pelaku dan korban tidak mengalami trauma. Dari
perspektif pendidikan Keputusan Wakil Rektor
bidang kemahasiswaan bagi pelaku Bullying belum tepat guna membangun pendidikan
yang lebih baik lagi. Seharusnya wakil rektor bidang kemahasiswaan harus memberikan
hukuman yang lebih mendidik bagi si pelaku. Jika diberikan skorsing, maka
seharusnya si pelaku lebih baik untuk menjadi pendidik di Sekolah Luar Biasa,
Yayasan, Sekolah Inklusif, dan lainnya agar dapat merasakan bagaimana dan apa
itu disabilitas. Sehingga kedepannya akan memberikan pelajaran yang berarti dan
mendidik juga. Terakhir ada sebuah tulisan yang dapat di jadikan salah satu referensi
untuk masalah ini http://bit.ly/2vAOuQ0 , ini dari salah
satu orang yang menggeluti bidang pendidikan dalam disabilitas khususnya ranah autisme.
Komentar
Posting Komentar