PERKENALAN
Nama
saya Enggar Haryo Panggalih, silahkan bisa dipanggil Mas Enggar atau Mas Galih.
Pada ketakmiran periode ini (2019-2024) saya diamanahi untuk menjadi ketua
koordinator manajemen masjid jogokariyan.
MATERI
“MANAJEMEN MASJID ALA
MASJID JOGOKARIYAN"
Masjid
jogokariyan adalah sebuah masjid yang terletak di kampung jogokariyan. Kami
bukan masjid besar/jami' ataupun masjid agung. Masjid jogokariyan dibangun pada
tahun 1966 dan mulai digunakan pada 1967. Dan untuk manajemen masjid yang kami
rintis, baru dimulai pada tahun 2000 awal. Kami memulainya dengan merubah
mindset dari para pengurus terlebih dahulu. (mohon maaf sebelumnya), kebanyakan
pengurus masjid di Indonesia ini, merasa bahwa pengurus masjid adalah
"Penguasa" masjid. Nah, di jogokairyan, kami merubah mindset tersebut.
Pengurus
masjid, bukanlah "penguasa" masjid, tetapi pelayan jamaah masjid. Mindset
inilah yang selalu ditanamkan kepada seluruh pengurus masjid jogokariyan,
bahkan menular kepada jamaah masjid yang juga melayani jamaah luar jogokariyan.
Banyak pula yang bertanya, pengurus masjid jogokariyan itu yayasan bukan? ada
AD/ART nya tidak? Pengurus masjid jogokariyan adalah swadaya masyarakat jogokariyan,
bukan berbentuk yayasan dan jika kami ditanya AD/ART, kami selalu menjawab AL
Qur'an dan sunnah. Salah satunya adalah: surat At-Taubah ayat 18 yang artinya
sbb:
"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid
Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta
tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun)
selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."
Jadi,
bagi setiap orang yang mengaku dirinya beriman kepada Alloh dan Hari Akhir,
maka seharusnya mereka itu lah yang memakmurkan masjid, dengan cara seperti
apa? Dengan cara, mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Nah, di sini
urutannya adalah mendirikan sholat dulu, baru menunaikan zakat. Hablum minalloh,
lalu diikuti hablum minannas. Mendirikan sholat di sini pun juga tidak hanya sekedar
melaksanakan sholat saja. Artinya mendirikan itu sesuai sunnah, yaitu sholatnya
orang-orang mukmin itu ditegakkan di masjid. Kalo sholatnya di rumah, itu baru
mengerjakan sholat, karena rosululloh pun selama hidupnya, sholatnya selalu di
masjid. Pada saat ini, para pengurus masjid baru mengumandangkan adzan, belum
melaksanakan adzan.
Pada
surat al hajj 27 tentang haji, "Dan
adzanilah manusia untuk melaksanakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap
penjuru yang jauh"
Karena
haji sekarang benar-benar dilaksanakan adzannya, maka orang2 pada hari ini
berbondong mendaftar haji. Bahkan di jogja sudah antri sampai 25th. Karena apa?
Karena ada yang memobilisasi itu. Di Indonesia ada direktorat yang mengurusi
haji sampai ke KUA, ada juga KBIH dll. Tapi kenapa sholat 5 waktu tidak ada
yang mengorganisir? di kementrian agama ada direktorat haji, zakat, wakaf, semua
ada, tapi direktorat sholat 5 waktu ga ada? Jadi, sebaiknya pengurus masjid itu
mengembalikan lagi filosofi masjid sebagai sebenar-benarnya tempat ibadah. Setelah
kesadaran untuk beribadah mulai tumbuh, baru dari situ kita bisa menunaikan
zakat.
Untuk
zakat sendiri, masjid jogokariyan tidak hanya membentuk panitia zakat fitrah
yang hanya 1 tahun sekali saat ramadhan, tetapi biro baitul maal itu termasuk
menjadi biro tersendiri di kepengurusan takmir masjid. Jadi kami bisa menerima
setiap saat, zakat maal dari jamaah. Dari zakat yang diperoleh tersebut, baru
diolah oleh pengurus untuk kegiatan kemaslahatan ummat. Bukan hanya untuk
kegiatan konsumtif tapi juga hal yang produktif. Disini, intinya pengurus
masjid harus kreatif mengemas setiap kegiatan untuk jamaahnya.
SESI TANYA JAWAB
1.
Kegiatan apa yang paling simple untuk dilakukan sebagai wujud
penerapan program pemberdayaan ekonomi ummat melalui masjid?
Bisa dengan cara memberikan zakat sesuai ashnaf
nya. Misal, ada jamaah yang terkena PHK dan jamaah tersebut ingin berwirausaha.
Maka, dari kami memberikan jatah ashnafnya bukan berupa cash money, melainkan
peralatan yang dibutuhkan untuk berwirausaha.
2.
Bagaimana cara internalisasi nilai ke pengurus masjid bahwa
pengurus merupakan pelayan bukan penguasa? Apakah yang ambil andil atau yang
menerima internalisasi nilai adalah anak muda atau orang tua?
Sesuai yang sudah dijelaskan di awal tadi. Masjid
jogokariyan adalah masjid yang berada di kampung jogokariyan, wilayahnya 4 RW
dan 18 RT dengan kondisi tipologi masjid kampung, masjid jogokariyan
melaksanakan kaderisasi lebih mudah karena jamaahnya heterogen. Tidak perlu
melakukan open recruitmen seperti di kelembagaan yang sifatnya yayasan. 1)
HAMAS (Himpunan Anak2 Masjid) Jogokariyan, usia pra TK- kelas 6SD; 2) pengurus
HAMAS, usia kelas 1SMP - kelas 2SMA; 3) Remaja Masjid, usia kelas 3 SMA - pra
nikah; 4) KURMA/UMMIDA, keluarga muda; 5) Takmir Masjid. Dan setiap rantai
kaderisasi semua berkantor hanya di ruang takmir masjid, jadi dari pengurus
HAMAS sampai bapak2 takmir, semua sudah bareng2 ngobrol masalah keummatan
3.
Kalau pihak luar ingin belajar dr Jogokariyan dan tdk sempat utk
ke Jogja gmn caranya? Mungkin ada file atau materi yg bs didapatkan secara free
Bisa klik link masjidjogokariyan.com
dan cari tab menu manajemen masjid jogokariyan
4.
Bagaimana jika sesuatu yang sudah diterapkan di masjid
jogokariyan bisa di terapkan di masjid lain terutama di masjid yang besar? Dan
agar masjid tidak mengutamakan pembangunan saja?
Silahkan, bisa mengambil apa yang dirasa baik
dari jogokariyan silahkan dicontoh dan dikembangkan lebih baik lagi. Di masjid
jogokariyan, kami tidak mengutamakan membangun bangunannya, tetapi membangun
jamaah masjid. Mungkin salah satu caranya adalah memperbanyak kotak infaq dan
memberikan nama/akad pada setiap kotak infaqnya. Jadi jamaah punya alternatif
dalam menyalurkan infaqnya.
5.
Tadi pamateri bilang, bahwa seharusnya pengurus masjid harus
mengembalikan atau meningkat filosofi masjid itu sendiri agar semangat umat
kembali tumbuh . Pertanyaannya, apa yang mau di kembalikan dari masjid itu
sendiri, sedangkan semuanya sudah di lampaui dengan teknology. Semua sekarang
serba teknologi, bahkan azdan pun sudah ada di gadget kita untuk menjadi
pengingat lebih dekat kita. Bagaimana tanggapan pemateri, berikan penjelasan,
filosofi masjid seperti apa yang harus kita evaluasi agar masyarakat bisa
terbuka hatinya.
Filosofosi masjid:
1) Masjid adalah tempat sujud, sekaligus
sarana ‘mensujudkan’ masyarakat, menjadikan masyarakat sujud, tunduk, taat pada
aturan-aturan Alloh SWT; 2) Masjid adalah pusat peradaban masyarakat. Di dunia
ini, ada dua peradaban, mana yang lebih kuat, dia yang mendominasi kehidupan
masyarakat. Yaitu peradaban masjid, dan peradaban pasar [materialisme]. Maka
masjid harus difungsikan untuk membentuk masyarakat berperadaban masjid; 3) Masjid
adalah tempat mencetak calon-calon pemimpin bangsa. Tidak hanya sebagai tempat
menyiapkan bekal sebelum masuk kubur. Karena masjid2 sekarang, lebih seringnya
hanya digunakan untuk tempat sholat saja. Kalo seperti, mungkin cukup dinamakan
musholla saja, bukan masjid.
6.
Kendala manajemen keuangan masjid Jogokariyan di awal-awal
periode seperti apa? Dan bagaimana cara mengatasinya?
Pada awal manajemen baru (awal tahun 2000an),
tidak ada serah terima dari pengurus masjid lama ke pengurus masjid baru dan
pada waktu itu, masjid jogokariyan hanya mengandalkan infaq jumat setiap
pekannya. Untuk lebih jelasnya, bisa diunduh materi manajemen masjid, dengan
nama file "menuju jamaah mandiri"
7.
Sistem managemen keuangan masjid yg dana infaknya selalu Nol
rupiah? Bgmn pengelolaanya, mengingat income infak belum pasti, sdngkan
pengeluaran masjid itu pasti?
Pemahanan dasarnya adalah:
Takmir mengelola dana masjid dengan set mental
kaya, tidak kikir mengeluarkan dana untuk jamaah, fasilitas masjid, dan agenda
masjid. Masjid itu semakin banyak melayani dan memfasilitasi jamaahnya,
insyaalloh infak yang masuk akan semakin besar. Jadi, bukan berarti infaq
di kas pengurus itu Nol "0"...tapi harus segera dihabiskan untuk
kemaslahatan ummat..
8.
Apakah masjid Jogokariyan ada masalah Kaderisasi mulai dari
Anak-anak sampai Tua? Terutama pada masa Pemuda, yang biasanya lebih sering
bermain dengan Hp. Kalau ada Bagaimana mengatasi masalah tersebut?
Di jogokariyan ada istilah jawa seperti ini "cah enom kui ra doyan suoro, cah enom
kui doyané sego". Jadi, " anak muda itu jangan sering dikasih
nasehat/suara, tapi beri dia makanan/fasilitas" Nah...sekarang anak muda
sudah tidak bisa lepas dari yang namanya HP..ya kita fasilitasi mereka. Daripada
mereka ke mall atau alun2 kota untuk cari wifi.. Di masjid kita pasangi wifi
juga. Untuk menarik minat mereka ke masjid. Dan alhamdulillah, sekarang
fasilitas itu bukan hanya untuk kegiatan konsumtif saja, tapi mereka bisa
mengerjakan konten2 medsos masjid jogokariyan..jadi tetap bisa produktif. Masjid
4.0 ya paling ga, masjid yang sudah ada wifinya.
9.
Bagaimana proses pembagian atau penyaluran zakat oleh pengurus
zakat d masjid jogokariyan kemasyarakat setempat ?
Zakat dikelola oleh lembaga baitul maal di bawah
takmir masjid jogokariyan. Utamanya dibagikan kepada 8ashnaf yang berada di
wilayah jogokariyan
10. Bagaimana menjadikan
Masjid menjadi tempat berkegiatan yang menarik, khususnya untuk remaja masjid?
Boleh dijelaskan sistem pengelolaan SDM untuk remaja masjidnya?
Kita akomodir dan fasilitasi setiap
kepentingan dan keperluan teman2 remaja masjid di wilayah jogokariyan. dari
data DMI, terdapat sekitar 800 ribu masjid yang tersebar di Indonesia ini. Bahkan
ada yang mengatakan hampir 1 juta masjid. Maka, mari kita persiapkan
kader-kader masjid kita, insyaAlloh akan ada Pemimpin Bangsa yang lahir dari
kader masjid. "Dari masjid membangun
ummat, dari masjid kita siapkan pemimpin bangsa"
Komentar
Posting Komentar