Pembicara : Erika Nanda (Salah Satu Penulis Buku “Dari
LDK untuk Negeri”
Shalihah, perlu diketahui bahwa makna
bersyukur bukan hanya sekedar mengucapkan alhamdulillah saja, tetapi makna
bersyukur adalah ketika kita mampu menunjukkan kepada Allah bahwa kita
bersyukur. Bagaimana caranya? Yaitu kita menjaga baik2 amanah yang telah Allah
beri kepada kita.
Menjaga amanah yang diberikan Allah, amanah apa itu?
Hari ini kita diamanahkan sebagai seorang
perempuan, muslimah pula.. Kita tau bahwa islam begitu memuliakan seorang
wanita. Maka kita harus senantiasa bersyukur, dengan menjaga semuanya. Kita
jaga Kehormatan kita, sikap kita, aurat kita, dan juga tugas ataupun peran2
kita di dibumi Allah ini. Nah, jadi muslimah itu istimewa ya,, tetapi ternyata
tugasnya juga berat :) tapi InsyaAllah kita bisa.
Mengenai batasan-batasan, sering sekali
mungkin kita mendapat materi2 ini ya, atau sering sekali dihadapkan dengan yang
namanya kondisi yang bingung menempatkan dimana "batasan" itu
Kalau boleh jujur, kalau cerita
pengalaman saya saya sebenarnya jarang sekali berinteraksi dengan ikhwan,
karena bisa dilihat dari CV saya, semua serba ngurus akhwat. Ya, ana dari
pertama mendapat amanah sampai saat ini qadarullah selalu ditempatkan di bidang
Kemuslimahan, tapi ana selalu melihat, memantau, dan selalu mempelajari dari
buku2 yang saya baca mengenai interaksi ini.
Dalam organisasi ataupun bidang, pasti
kita dihadapkan dengan syuro, dengan agenda yang harus berhadapan dengan laki2.
Lalu kita harus gimana? Terkadang tidak semua paham loh mengenai interaksi
ini..
Adab Interaksi Ikhwan-Akhwat
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." [QS. al-Mai'dah (5) : 2]"
Akhir-akhir ini terkadang dalam pergaulan antara
akhwat dan ikhwan mulai terjadi
pelanggaran-pelanggaran batas-batas dalam pergaulan. Misalnya seorang ikhwan yang berbicara sangat dekat dengan seorang akhwat,
atau dua aktivis yang belainan jenis kelamin sering berjalan berduaan sehingga tampak seperti orang pacaran dan bahkan ada
yang mengira mereka pasangan suami istri. Hal ini tentu meresahkan kerena
selain dapat merusak kinerja dakwah bahkan dapat timbul fitnah seperti di atas.
Pelanggaran batas-batas pergaulan ini biasanya disebabkan karena hal-hal di
bawah ini:
·
Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan
akhwat
·
Sudah mengetahui
namun belum memahami
·
Sudah mengetahui
nemun tidak mau mengamalkan
·
Sudah mengetahui
dan memahami namun tergelincir karena
lalai.
Dan
bisa jadi kejadian itu disebabkan
karena kita masih sibuk menghiasi
penampilan dengan jilbab lebar warna-warni atau dengan janggut dan celana yang mengatung, namun kita lupa menghias akhlak. Kita sibuk berhiaskan simbol-simbol islam namun lupa
substansi islam. Kita berkutat
mengahafal materi islam namun tidak
fokus pada tataran pemahaman dan amal.
Sesungguhnya panggilan ‘ikhwan’ dan
‘akhwat’ adalah penggilan persaudaraan
yang artinya saudara laki-laki dan
saudara perempuan. Namun di ruang
lingkup aktivis, panggilan itu biasanya ditujukan untuk orang-orang yang berjuang
menegakkan agama-Nya, yang islamnya
shahih, syamil, lurus fikrahnya dan
akhlaknya baik. Atau bisa dikonotasikan
dengan jamaah. Maka tidak heran bila terkadang dipertanyakan ke-’ikhwanan’-nya
atau ke-’akhwatan’-nya bila belum bisa
menjaga batas-batas pergaulan (hijab)
ikhwan akhwat.
Menjaga
pergaulan dengan lawan jenis memang bukanlah hal yang mudah karena fitrah laki-laki adalah mencintai wanita dan
begitulah sebaliknya. Hanya dengan keimanan yang kokoh dan mujahadah sajalah
yang membuat seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini. Berikut ini
adalah contoh-contoh pelangaran yang masih sering terjadi yang dikhawatirkan dapat memicu timbulnya virus
merah jambu sehingga meningkat sampai tahap pacaran:
·
Pulang berdua,
contoh usai rapat/syuro karena pulang ke
arah yang sama maka akhwat pulang bersama ikhwan berdua saja.
·
Rapat
berhadap-hadapan, hal seperti ini sangatlah cair dan rentan timbulnya ikhtilath
(pencampuradukan ikhwan akhwat)
·
Tidak
menundukkan pandangan, karena bisa saja dapat menimbulkan zina mata. Bukankah
ada ungkapan dari mata turun ke hati? Zina itu bukan hanya zina fisik ya, ada
zina mata, hati, fikiran.
·
Duduk/jalan
berduaan, hal ini dapat menimbulkan fitnah dari orang lain sekalipun sebenarnya alasan berduaan karena
berdiskusi namun tetap saja tampak seperti orang pacaran.
·
“men-tag” untuk menikah, ada pula ikhwan yang
belum lulus kuliah men-tag seorang akhwat untuk menikah dengan alasan takut keburu diambil (dikhitbah/dinikahi) orang lain padahal tak
jelas juga kapan menikahnya.
·
Menelepon yang tidak penting, menelepon dan
mengobrol tak tentu arah padahal tidak ada nilai urgensinya atau tidak
ada hubungnnya dengan urusan dakwah.
·
Chat tidak
penting, saling berdialog via WA mengenai
hal-hal yang tak ada kaitannya
dengan dakwah sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.
·
Berbicara mendayu-dayu, contoh ucapan akhwat
seperti “deuu si akhi antum bisa azzaaa dehh...” dengan nada terdengar manja
dan disertai dengan tertawa kecil.
·
Bahasa yang terlalu akrab, misalnya seperti bahasa
WA yang terlalu akrab seperti “oke deh pak fulan, yang penting
rapatnya lancar khan. Kalau gitchu ga usah ditunda lagi yach ok dech. CU
^_^”. Meskipun sudah beraktivitas bersama, ikhwan akhwat bukanlah
pasangan suami isteri yang bisa mengakrabkan diri karena bahasa WA seperti
ini dapat menimbulkan bekas di hati
pengirim dan penerima WA.
·
Curhat, curhat
berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu
ikatan hati, kemudian timbul
permainan hati seperti virus merah jambu yang bisa mengganggu tribulasi dakwah.
·
Chatting yang tidak urgent, chatting, dengan YM misalnya, boleh-boleh saja hanya saja bila pembicaraanya melebar
dan menyimpang dari fokus dakwah, khalwat virtual
bisa saja terjadi.
·
Bercanda ikhwan
akhwat, ikhwan akhwat bercanda berdua sambil tertawa-tawa. Bahkan mungkin karena terlalu banyak syetan,
sang akhwat hampir saja mencubit lengan
sang ikhwan.
Bagaimana adab pergaulan ikhwan akhwat yang seharusnya?
Berikut ini adalah adab-adab pergaulan dengan lawan jenis
yang bukan muhrim (saudara sedarah):
·
Harus menutup aurat yakni seluruh tubuh kecuali
muka dan telapak tangan untuk wanita dan dari pusar hingga lutut
untuk pria. Hanya saja syarat-syarat penutup aurat untuk wanita
yaitu kain tidak boleh tipis, tidak boleh tembus pandang, tidak boleh
ketat, dan tidak boleh menyerupai pakaian laki-laki. Dan yang paling
penting kerudung harus bisa menutup dada.
·
Menundukkan dan menjaga pandangan bila berpapasan
dengan lawan jenis, bila berbicara juga harus menjaga pandangan. Namun
tidak harus selalu menundukkan muka ke tanah ketika berjalan
sampai-sampai menabrak dinding. Mungkin dapat disiasati dengan
melihat ujung-ujung jilbab atau dengan mata semu/samping.
·
Ketika berbicara dengan lawan jenis harus yang tegas
namun tidak dengan nada membentak dan
tidak pula mendayu-dayu. Yang penting
lawan bicara mengerti apa yang kita
ucapkan.
·
Tidak boleh
berdua-duaan (khalwat). Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka jangan
sekali-kali dia bersendirian dengan
seorang perempuan yang bersama
mahramnya, karena yang ketiga adalah
syetan.” (HR Rahmat). Berdua-duaan
dengan lawan jenis sangat berbahaya
karena yang ketiganya adalah syetan yang
dapat menggoda untuk membuat ikhwan
akhwat yang berdua-duaan melakukan
hal yang mendekati zina. Bila
berinteraksi alangkah baiknya lebih dari
dua orang serta yang diperbincangkan
tidak bersifat pribadi atau hal-hal lain seperti curhat.
·
Berdialog baik dengan bicara langsung maupun via
telepon atau WA hanya yang penting-penting saja dan sebisa mungkin
berhubungan dengan urusan dakwah serta
tidak terlalu sering.
·
Menggunakan hijab bila sedang rapat yang diikuti ikhwan dan
akhwat. Selain untuk menjaga pandangan
dan konsentrasi, juga menghindari
ikhtilath. Bila belum mampu menggunakan
hijab, dibuat jarak yang cukup antara
ikhwan dan akhwat. Selain itu rapat juga
tidak boleh diadakan sampai malam mengingat biasanya ada jam malam untuk
akhwat.
Nah... Kadang nih, apalagi pas lagi
syuro/rapat atau ada agenda/kegiatan gitu ya. Pasti 1-2 lawan jenis ada yang
senyam senyum ke kita. Nah, lalu kita harus apa?
Senyuman Seorang Muslimah Kepada Lelaki, Boleh Gak Sih?
Shalihah, senyuman adalah hal yang
secara manusiawi disukai manusia, apapun agamanya. Bahkan dalam Islam wajah
yang penuh senyuman adalah bentuk akhlak yang baik. Maka tersenyumnya seorang
Muslimah kepada orang lain pada asalnya adalah hal yang baik. Namun di sisi
lain, Islam juga mengajarkan adab-adab bergaul antara lelaki dan wanita, agar
terjadi keharmonisan dalam masyarakat Islam, dan mencegah terjadinya kerusakan
di dalamnya. Lalu, apakah senyuman seorang Muslimah kepada lelaki yang bukan
mahram-nya sesuai dengan adab Islami? Kita simak bahasannya..
Keutamaan wajah penuh senyuman
Shalihah, wajah yang penuh senyuman
adalah akhlak Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sahabat Jarir bin Abdillah
Radhiallahu’anhu berkisah:
مَا حَجَبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مُنْذُ أَسْلَمْتُ، وَلاَ رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي
“Sejak aku masuk
Islam, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah menghindari aku jika
aku ingin bertemu dengannya, dan tidak pernah aku melihat beliau kecuali beliau
tersenyum padaku” (HR. Bukhari, no.6089).
Beliau juga memerintahkan hal tersebut kepada
ummatnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
تبسمك في وجه أخيك لك صدقة
“Senyummu
terhadap wajah saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi 1956, ia berkata: “Hasan
gharib”. Di-shahih-kan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib)
Kata (saudaramu) disini berbentuk
mufrad-mudhaf, sebagaimana dalam ilmu Ushul Fiqih, ini menghasilkan makna umum.
Sehingga ini mencakup semua orang yang masih saudara, baik wanita atau
laki-laki, tua atau muda, mahram atau bukan mahram. Tentu maksudnya saudara
sesama Muslim. Oleh karena itu pada asalnya, hadits ini juga menunjukkan
bolehnya wanita muslimah tersenyum kepada lelaki yang bukan mahram.
Boleh tersenyum asal aman dari fitnah
Tidak diragukan lagi bahwa wanita itu
adalah fitnah bagi para lelaki. Fitnah di sini artinya: cobaan, atau hal yang
berpotensi menimbulkan keburukan dalam agamanya. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
“Tidaklah aku
tinggalkan fitnah (cobaan) yang paling berat bagi laki-laki selain cobaan
wanita” (HR. Al Bukhari 5069, Muslim 2740)
Dan wanita itu, bagaimana pun paras dan
keadaan fisiknya, baik tersenyum atau tidak, wanita akan memiliki daya tarik di
mata lelaki. Karena setan membantu menghiasi para wanita di mata lelaki
sehingga lelaki jatuh pada godaan setan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
“wanita adalah
aurat, jika ia keluar, setan akan menghiasinya”
(HR. At
Tirmidzi, 1173, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
Dari sini, terkait dengan soal senyuman, para ulama
memberi syarat bolehnya seorang Muslimah tersenyum pada lelaki. Yaitu, selama
tidak dikhawatirkan menimbulkan fitnah. Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Fathul
Baari, ketika menjelaskan judul dari Shahih Al Bukhari:
“Bab ucapan
salam seorang lelaki kepada wanita dan wanita kepada lelaki), maksudnya
kebolehannya dengan syarat selama aman dari fitnah”.
Syaikh Sulaiman Al Majid menjelaskan: “yang nampak
bagi kami, tidak ada pertentangan antara dua sisi pandang tersebut. Hukum
asalnya boleh bercengkrama dan tersenyum antara wanita dan lelaki, jika tidak
dikhawatirkan fitnah. Dan dalam hal itu hendaknya memperhatikan keadaan si
wanita dari sisi kencantikannya dan sisi usianya. Juga perlu memperhatikan
bagaimana penduduk setempat dan kebiasaannya. Karena hal-hal ini memberi
pengaruh yang besar. Disebagian negeri atau sebagian lingkungan, jika ada
wanita muda dan lelaki bercengkrama maka umumnya akan menimbulkan keburukan,
diantaranya terpikatnya hati antara keduanya, sementara di negeri atau
lingkungan yang lain tidak terjadi demikian. Maka tergantung bagaimana adat
penduduk setempat, maka prakteknya sesuai dengan keadaan.
Dan jika di suatu tempat, orang yang
tidak tersenyum (pada wanita) dianggap sebagai orang yang arogan, maka tidak
mengapa seorang lelaki tersenyum kepada wanita, atau wanita kepada lelaki,
selama aman dari fitnah. Dan berdasarkan hadits-hadits dan atsar mengenai
bercengkramanya lelaki dan wanita, ini menunjukkan adanya kelonggaran. Namun
dengan syarat selama aman dari fitnah dalam setiap keadaan” Namun perlu diingat
kembali, agar tidak bermudah-mudah dalam
hal ini, mengingat di zaman ini fitnah wanita lebih dahsyat lagi bagi kaum
lelaki. Maka hendaknya seorang Muslimah benar-benar memperhatikan syarat “aman
dari fitnah” dalam memberikan senyuman kepada para lelaki.
Hati2 ya shalihah, jangan nantangin
syaiton, syaiton itu pinter banget. Bisa mengolah "senyum" menjadi
hal2 yang diluar batas kita. FoSSEI kan bergerak dibidang ilmiah ya, sering
lomba kesana kemari, keluar kota atau negeri. Kadang juga lombanya bareng
ikhwan2 tuh ya?? Lalu gimana kalau keadaannya pas kita lagi safar.
Interaksi Jika Safar
Dengan kondisi yang banyak melakukan
safar (perjalanan), lalu sering berinteraksi dengan kaum perempuan/laki2. Lalu
apa ketentuan bagi kaum laki-laki/perempuan ketika berinteraksi dengan yang
bukan mahram? Dalam dataran realita, hal ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi
seorang laki-laki, kondisi sang perempuan, dan kondisi darurat.
Adapun kondisi laki-laki, ada di antara
mereka yang mudah terangsang syahwat yang berkaitan dengan perempuan, meskipun
hanya semata-mata memandangnya, lebih-lebih jika perempuan tersebut cantik
secara fisik, lalu muncullah birahinya. Dalam kondisi ini, tidak boleh baginya
berbicara (ngobrol) dengan perempuan, selama memungkinkan baginya. Tidak boleh
berbicara dengan mereka, kecuali dengan bahasa isyarat saja. Inilah kewajiban
laki-laki jenis ini untuk mencegah timbulnya fitnah (bencana).
Di antara kaum lelaki, ada pula yang
lebih ringan derajat masalahnya daripada itu. Di antara mereka juga ada yang
tidak begitu peduli, seakan-akan dia hanya berbicara dengan saudara kandung
perempuannya, dan tidak ada syahwat meskipun sedikit. Oleh karena itu, masalah
interaksi dengan perempuan ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi manusia
(laki-laki) dan kondisi darurat. Terkadang ada kondisi pembicaraan yang harus
dilakukan dengan perempuan, maka hal ini tidak masalah. Akan tetapi, jika dia
melihat bahwa perempuan tersebut melembut-lembutkan suara, wajib baginya untuk
menghentikan pembicaraan. Hal ini karena Allah Ta’ala berfirman,
فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ
مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Maka janganlah
kamu melembut-lembutkan dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit (syahwat, –pen.) dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.”
(QS. Al-Ahzab [33]: 32)
Yang penting, wajib bagi kita untuk
meminimalisir berbicara (yang tidak diperlukan) dengan lawan jenis yang bukan
mahram dan memandangnya. Nah.. Ada 2 foto yg ingin ana kirim. Dibedakan ya..
Chat antara foto yang bawah.
Sama yang ini. Tujuannya sama, tapiiiiii
isinya berbeda. Ridho Allah juga pasti berbeda pula. Maka dari itu akhwat. Perlu
adanya panduan interaksi antara ikhwan dan akhwat. Dari 2 (dua) contoh sms
antara ikhwan dan akhwat di atas kita bisa menilai proses komunikasi yang
manakah yang tidak efektif dan tidak hemat pulsa. Melihat contoh sms pertama,
dapat disimpulkan bahwa proses komunikasinya terkesan berlebihan dan tidak
efektif. Sedangkan contoh sms kedua, hanya dengan tiga kali percakapan pesan
dapat disampaikan kepada target. Saya mendapati tulisan yang mungkin kita bisa
sama-sama untuk merenunginya.
Panduan Komunikasi Ikhwan dan Akhwat dalam Organisasi
Permasalahan komunikasi antara lelaki
(ikhwan) dan perempuan (akhwat) dalam sebuah organisasi, tidak lain merupakan
masalah klasik yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan. Saya juga sedang
mencoba berfikir memecahkan masalah klasik ini. Permasalahan komunikasi yang
muncul tidak hanya mengenai miskomunikasi antar kader atau anggota lelaki dan
perempuan yang sering terjadi, namun juga berkenaan dengan tata cara komunikasi
antara ikhwan dan akhwat yang sesuai dengan budaya timur dan syariat Islam. Ada
beberapa landasan berpikir yang kita sepakati bersama akan kebenarannya :
-
Mendekati zina
adalah haram hukumnya
-
Secara
fisiologis dan psikologis ikhwan dan akhwat berbeda.
-
Komunikasi yang
singkat, padat dan jelas serta tidak basa basi mempercepat dan meningkatkan
kinerja organisasi.
Tiga poin di atas merupakan alasan
mengapa proses komunikasi antar anggota serta antara ikhwan dan akhwat
khususnya perlu dipandu.
Ikhwan dan Akhwat adalah Beda
Dalam ulasan saya pada program seminar
Mind Up Menggambar Rekayasa Kepemimpinan desember 2013 lalu. Bahwa dalam buku
Men from Mars and Women from Venus digambarkan tentang bagaimana perbedaan
antara ikhwan dan akhwat secara jelas. Secara bentuk fisik saja ikhwan dan
akhwat sudah sangat berbeda, apalagi secara psikologis dan perasaannya. Dalam
perbedaannya, harus dipahami bahwa perempuan relatif lebih peka dan sensitif
dibandingkan lelaki. Perempuan lebih rapi dalam menata urusan dan agenda. Dan
satu hal yang perlu diperhatikan adalah perempuan tidak suka dikhianati dan
mereka butuh kepastian.
Kita juga harus memahami bahwa lelaki
memang cenderung egois dan self-oriented. Mereka lebih suka menghabiskan
waktunya sendirian ditimbang perempuan. Ketika lelaki sedang ada masalah atau
sedang sibuk dengan pekerjaan, kita bisa pahami bahwa seorang lelaki memiliki
penjara sendiri yang bisa memahaminya sehingga para perempuan diminta untuk
sabar sampai lelaki keluar dari penjaranya tersebut.
Selanjutnya adalah lelaki relatif lebih
ingin diperhatikan di pahami, karena dengan sedikit “sentuhan” dapat
membalikkan pikiran lelaki 180˚. Oleh karena ini ikhwan dan akhwat harus saling
memahami tentang kebutuhan dasar mereka masing-masing dalam berkomunikasi.
Apabila kebutuhan dasar ini tidak diketahui maka situasi sangat rentan terkena
fitnah lawan jenis.
Catatan : Contoh miskomunikasi yang
diakibatkan oleh ketidakpahaman ikhwan dan akhwat tentang kebutuhan dasar
masing-masing dalam berkomunikasi akan diulas dalam tulisan berikutnya.
Hijab dalam Rapat
Beberapa organisasi memiliki cara
tersendiri dalam mengaplikasikan masalah hijab (pembatas) dalam rapat. Mulai
dari membatasi peserta lelaki dan perempuan dengan pembatas permanen seperti
tembok, tirai bahkan berbeda ruangan. Ada juga yang membatasi peserta lelaki
dan perempuan dengan mengatur jarak dan posisi tempat duduk saja. Ini semua
tergantung kepada kebutuhan dan kepentingan masing-masing organisasi. Dari
berbagai bentuk aplikasi hijab dalam rapat, terdapat beberapa syarat yang harus
diperhatikan :
-
Pemimpin rapat
bisa melihat semua peserta rapat
-
Terdapatnya
media yang bisa dilihat oleh semua peserta, seperti : slide presentasi, papan
tulis
-
Tidak
menimbulkan kesan esklusif terhadap masyarakat luar yang melihat proses rapat
-
Penggunaan
kata-kata yang singkat dan jelas ketika menyampaikan pendapat, sanggahan dan
sejenisnya.
-
Menjaga rapat
tetap dalam suasana kondusif. Bukan berarti dengan berkumpulnya ikhwan dan
akhwat ditempat yang terpisah, para akhwat asik ngrumpi dan ikhwan terlelap
dalam tidurnya.
-
Proses
Komunikasi yang Singkat, Padat dan Jelas
Bagaimana contoh berkomunikasi dengan cara yang syar’i dan baik?
Komunikasi yang dilakukan oleh ikhwan
dan akhwat juga perlu dijaga dalam rangka menghindari fitnah antara lawan
jenis. Sebenarnya untuk membuat batasan dalam komunikasi, ini adalah masalah
kebiasaan saja. Butuh waktu dan proses. Apalagi dengan kita berada di
lingkungan masyarakat Turki yang secara tidak langsung mempengaruhi gaya
penyampaian informasi dan berkomunikasi kita. Dalam direct conversation atau percakapan secara langsung, sangat
diharapkan kepada ikhwan dan akhwat tidak melakukan berduaan sekalipun berada
di tempat umum. Disarankan membawa teman atau mahram untuk menemaninya. Selain
untuk menghindari fitnah lawan jenis, dapat meningatkan ketika keduanya sedang
lalai juga melakukan direct conversation
dengan lawan jenis secara berdua-duaan melanggar norma masyarakat Turki. Dengan
proses komunikasi atau pembicaraan seperti contoh kedua di atas, sebetulnya
menjadikan pembicaraan tidak sia-sia, efektif waktu, hemat pulsa sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.
Mengurangi Kadar Pertemuan Ikhwan dan Akhwat
Selain dengan membiasakan penggunakaan
kata-kata yang singkat dan jelas kader dan anggota dalam proses komunikasi,
menjaga hijab juga dapat dilakukan dengan mengurangi kadar pertemuan antara
ikhwan dan akhwat di dalam pelaksanaan program kerja. Langkah awal dalam
realisasi proses ini adalah dengan membentuk Departemen Kewanitaan (Dewi) dan
memberikan otonomi khusus untuk mengatur rumah tangga departemennya. Dalam
program kerja seperti berolahraga atau penyaluran bantuan misalnya, sangat
direkomendasikan untuk dilaksanakan dalam bentuk terpisah. Hal ini dilakukan
karena dalam agenda-agenda seperti ini memungkinkan para kader atau anggota
berbuat khilaf.
Pembuatan Peraturan tidak Tertulis
“Apakah perlu dibuat peraturan tertulis
mengenai prosedur komunikasi antara ikhwan dan akhwat?” Menurut saya, membuat
peraturan kebijakan atau regulasi tentang prosedur komunikasi antara ikhwan dan
akhwat dalam sebuah organisasi seperti PPI maupun lembaga dakwah adalah tidak
direkomendasikan, kecuali memang sangat diperlukan. Perlu ditekankan bahwa
kurang terjaganya hijab antara ikhwan dan akhwat yang terjadi secara umum
adalah masalah kebiasaan dan kurang pahamnya kader atau anggota tentang hijab.
Jika dibuat regulasi tertulis untuk mereka, maka tingkat enjoyment kader atau anggota akan menurun dan organisasi akan
dipandang ekstrem dan memaksa.
Bentuk regulasi yang perlu untuk
digunakan adalah regulasi tidak tertulis. Jadi bukan aturan yang kita buat
melaikan budaya baru yang kita biasakan. Sebagai contoh, pembiasaan 2 (dua)
meter jarak tempat duduk dalam rapat antara ikhwan dan akhwat, perbelakukan jam
malam sebagai pembatasan hubungan ikhwan dan akhwat dalam melakukan komunikasi
baik sms, telefon, whatsapp yaitu di
atas pukul 22:00 hingga subuh, kecuali dalam kondisi yang mendesak.
Pemanfaatan Media Terbuka Bersama
Media bersama yang dimaksud adalah
seperti group whatsapp, teleconference,
skype dan lainnya. Media yang bersifat terbuka seperti ini dapat digunakan
sebagai alat komunikasi antar anggota dan antara ikhwan-akhwat khususnya,
karena dapat dilakukan controlling
bersama. Jika komunikasi tentang organisasi dilakukan secara private, dikhwatirkan sang ketua tidak
membahas solusi tentang bagaimana untuk menaikkan prestasi akademik anggota
tetapi malah curhat tentang nilai ujian vize yang kemarin didapatnya. Dengan
demikian dengan adanya group whatsapp PPI Trabzon seperti : BPH, Eksekutor,
Internal Control Officer, Erkekler dan sejenisnya. Dapat menjaga kebersihan
hati para kader atau anggota.
PPI Bagian dari Agenda Dakwah
“Apa pentingnya aplikasi tata cara
komunikasi ikhwan dan akhwat yang sesuai syari’at di sebuah lembaga seperti
PPI?” Mengawali perbicangan kita kali ini, saya ingin mengajak teman-teman
untuk mengenal makna dari kata dakwah. Kata dakwah memang berasal dari
bahasa Arab. Dalam bahasa Turki kata dakwah diwakili dengan davet etmek
(mengajakan, mengundangan); davetiye (udangan). Jadi dakwah bukan sebuah kata
Islami yang diartikan seperti kegiatan-kegitan yang dipenuhi dengan ceramah di
masjid, membaca al-Qur’an dan seterusnya. Melainkan, sebuah kata yang bermakna
ajakan atau undangan, maknanya dapat berubah tergantung konteks penggunaannya.
Sedangkan PPI bagian dari agenda dakwah
dimaksudkan bahwa PPI menjadi sebuah alat untuk mengundang manusia kepada
kebaikan. Karena tidak dipungkiri lagi bahwa tujuan didirikannya sebuah
persatuan pelajar Indonesia diluar negeri melainkan untuk membawa pelajar
Indonesia ke sisi yang lebih baik. Dalam rangka membawa pelajar Indonesia yang
lebih baik, maka penerapan budaya timur atau budaya Islam sebagaimana mayoritas
anggota adalah beragama Islam di tengah-tengah kehidupan dan budaya masyarakat
Turki, sangat diperlukan guna menjaga jati diri sebagai seorang muslim
Indonesia.
Jadi tidak ada salahnya apabila kita
membudayakan budaya menjaga hijab antara ikhwan dan akhwat untuk mendongkrak
kinerja kepengurusan dan menekan angka patah dan kecewa hati. Intinya dalam
interaksi ini...
Jangan Nantangin Syaiton
Kalau dia sudah mencari-cari alasan
ngobrol, READ aja.. biar dia tau kita gak interest. Kalau dia sudah mulai
mencari bantuan ini anu itu, katakan kita sibuk berjibaku dengan amanah2
kita..biar dia tau, dia tak ada di list prioritas. Kalau dia sudah mencari2
alasan untuk bisa berdua, tinggalkan agar tahu kita tak nyaman. Saat dia tahu,
kita faham tata cara dan patuh pada sistem pergaulan islam, dia akan malu dan
menyerah dengan sendirinya. Bukan malah nantangin, sok pingin merubah kesalahan
dia, sok nasihatin, sok membimbing agama dia. Melawan bala tentara syaithon eta
mah. Lawan jenis ya terpisah.. kecuali ada yg memang urgent dan syarat No
Khalwat, No Ikhtilat, No baper statement terpenuhi
Jangan nantangin perkara nafsu, beraat! kita ga akan sanggup, Ghadul Bashar
lebih baik
End Chat sebelum urusan menjadi ribet,
ketenangan diri terganggu, nikmat berdakwah tergadaikan, Masa depan Akhirat
terabaikan. Akhwatifillah, InsyaAllah kita bisa sama2 menjaga diri kita ya,,,
menjaga hati2 kita. Tenanglah, jika Allah mampu mengubah terang menjadi gelap,
maka mudah baginya mengubah nasib kita, apalagi perihal jodoh. Jika kita
bersikap baik, maka akan datang yang baik pula. Dakwah ini mulia, maka jangan
sampai kita kotori dengan perilaku2 kita yang tidak Allah ridhoi ya shalihah.
SESI
TANYA JAWAB
1.
Bagaimanakah
aturan yang diberikan oleh syariat Islam terhadap suatu forum yang diikuti oleh
sekumpulan laki-laki muslim bersama-sama dengan sekumpulan wanita muslimah,
karena tidak bisa kita pungkiri didalam suatu forum pasti ada wanita muslimah
dan laki- laki muslim yang bergabung di forum itu?
---
Kalau seperti ini, sebenarnya diperbolehkan. Tetapi
kita lihat kondisi dan situasi apakah kita termasuk ikhtilat atau tidak. Ikhtilat itu merupakan tercampurnya
perempuan muslimah dengan laki-laki sampai
berdesak-desakan seperti itu. Jadi kalau misalnya ada rapat dalam satu forum
antara laki-laki dan perempuan, kita harus tetap menjaga batasan-batasan itu seperti tidak ketawa yang berlebihan,
atau tidak sering curi-curi pandang, kita berbicara dengan sebutuhnya saja tidak melebih-lebihkan
ataupun tidak mendayu-dayukan suara kita. Kalau memang di forum itu ada yang
harus dibahas, ada manfaat yang harus dilanjutkan, maka silahkan dilanjutkan
tetapi kita harus tau bagaimana batasan-batasannya.
2.
Kan kita itu
mempunyai amanah di setiap masing2 bidang seperti amanahnya di siyasi. Bagaimana
seorang akhwat menempatkan diri dan berinteraksi kepada teman ikhwan (laki2)
yang lain (apalgi dg yang tidak/kurang paham mengenai masalah batasan antara
laki2 dan perempuan) karena sering kali kebanyakan orang itu kelepasan ngobrol
ber2 dg ikhwan.
---
Ketika kita berada dlm lingkungan siyasi. Siyasi itu
kan lebih awam orangnya, kita menghadapi laki-laki yang mungkin tidak/kurang
paham, tetapi kita hrus kita ketahui dan harus kita ingat adalah ketika kita
bisa menjaga dari seorang ikhwan, seorang kader, seorang aktivis maka kita juga
harus lebih bisa lgi untuk menjaga diri
kita dari yang bukan kader atau orang ammah. Sebenarnya, Kita bisa menunjukkan
identitas kita, kalau mereka melihat kita jilbab kita panjang dan kita menjaga
perilaku kita pasti mereka juga segan
3.
Budaya daerah
saya yang memang tidak begitu ketat mengenai interaksi ikhwan dan akhwat, serta
lingkungan pendidikan saya yang memang sudah tercampur antara ikhwan dan
akhwat, bagaimana cara menjaga diri agar terhindar dari fitnah tanpa mengurangi
silaturahmi. Karena saya pribadi senang berbincang dan bertegur sapa.
---
Dalam bidang pendidikan memang terkdang kita
diharuskan untuk bersama sama dengan lelaki yang bukan kader. Tetapi, kita
harus menunjukkan identitas kita, kita itu punya komitmen dalam diri kita bahwa
kita itu tetap kader dan kita harus ingat bahwa ketika kita sudah menjadi
seorang aktivis, seorang kader maka kita akan menjadi seorang kader dimanapun
kita ditempatkan baik itu dalam kontek siyasi, 'ilmi, nukbawi, pekerjaan,
pendidikan dan lainnya. Kita harus ingat bahwa kita punya komitmen dan
identitas kita yang harus kita tunjukkan dan dibawa kemana saja, apalagi kita
seorang perempuan yang diibaratkan sebagai sebaikbaiknya perhiasan. Maka
perhiasan itu, ketika dilemparkan ke dalam lumpur pun, ia akan tetap menjadi
perhiasan, mulia. Dan kemuliaan itu bisa kita raih ketika kita bisa menjaganya.
Jadi, terkadang kita harus menge-rem hal-hal yg jangan sampai kita bersentuhan,
terlalu dekat karena kita tak pernah tahu ketika kita dekat, ada atau tidak
orang-orang yang mungkin baper sama kita. Itu hal yang harus kita jaga dalam sisi
semua kehidupan kita harus ada keberkahan yang kita jaga.
4.
Bagaimana dengan
cita cita seorang muslimah contohnya ingin menjadi banker, yg mengharuskan
dirinya untuk selalu tersenyum dan selalu berhadapan dengan custumer baik ikhwan
maupun akwat. Sedangkan dia anak tertua dan harus bertanggung jawab terhadap
keluarga nya. Seharusnya sikap seorang muslimah disini bagaimana mba ?
---
Kalau konteksnya pekerjaaan dan mengharuskan kita
selalu tersenyum, sebenarnya hal yang menjadi suatu kebutuhan dan tuntutan bagi
kita maka kita harus senyum. sama halnya seperti kita berada di lingkungan
sosialisasi kita harus senyum kepada masyarakat. Tetapi, yang tidak
diperbolehkan adalah ketika kita senyum, itu menimbulkan namanya VMJ ataupun
timbulnya berbunga-bunga sehingga menimbulkan penyakit-penyakit hati ataupun
zina-zina hati dan mata. Tetapi kalau
misalnya didalam konteks kebutuhan dan tuntutan pekerjaan itu boleh boleh saja.
Dalam hadits 'arba'in yang pertama adalah "semua amal dinilai dri
niatnya". Kalau kita niatnya tersenyum ini untuk pekerjaaan ku lancar agar
ak bisa membantu keluargaku, dipersilahkan
Tetapi, beda lagi konteksny seperti niatny agar terlihat cantik, itu
harus hati-hati bisa jadi itu nafsu, bisa jadi itu godaan syaitan.
5.
Bagaimana cara
kita mengatasi jika ada seorang ikhwan mau belajar dengan kita yang terkadang
hanya berdua saja dan bagaimana pandangan islam tentang ketika kita berbicara
dengan ikhwan menatap matanya kemudian memalingkn tatap lalu kembali menatap ke
arah ikhwan tersebut?
---
Jika ada seorang ikhwan yang ingin belajar dengan
kita berdua maka ditolak saja, krn kita tidak tahu bagaimana syaitan itu
bekerja bisa saja kita alihkan dia dengan ustadz atau guru yang laki-laki juga.
Kalau masalah pandangan, kalau tidak sengaja maka kita harus segera untuk
mengalihkan. Tidak boleh kita memandang dia lagi karena kalau kita memandang
yang kedua kalinya, itu artinya sudah nafsu yang bermain.
6.
Afwan, kampus
saya berdiri baru 2 tahun dan mahasiswanya pun masih sedikit, jadi lokal tempat
belajar kami pun masih minim fasilitas dan kurang memadai. Kami mahasiswa semester
2 berjumlah semster 34, dengan ruangan yg cukup sempit dan bila duduk sangat
berdempetan, kadang memang sudah berusaha untuk jauh dari laki" tapi karna
kelasnya jga kecil jadi masih tetap berdekatan, saya sendiri kadang sudah
berusaha duduk depan tapi dosenya pun rata" laki" dan kami pun lebih
banyak laki, kiranya alangkah baiknya jika saya melalukan apa agar bisa
menepatkan diri dengan baik ,dan berjarak dgn baik dgn laki" mahasiswa di
tempat saya
---
Cari tmpat yang aman,misalnya kita berada di dekat
pintu. Karena kita ada apapun kita bisa langsung segera keluar.
7.
Apa sih urgensi
dari peraturan berinteraksi dalam suatu organisasi dakwah? Apa tanggapan mba
mengenai Persahabatan antara ikhwan akhwat? Mengenai Batasan, apakah mengupload
foto diri itu termasuk melanggar batasan yang ada?
---
8.
Untuk peraturan
berinteraksi dalam suatu organisasi adalah sebenarnya ini menjadi budaya
organisasi, bgaimana kita sebagai organisasi keislaman yang menjunjung al-quran
dan sunnah, kita harusnya mengikuti dan menjadikan sebagai identitas kita.
Ketika sudah menjaga interaksi kita dengan mereka, maka kita sudah menunjukkan
bahwa islam itu seperti ini. Muslimah itu susah untuk didekati karena muslimah
itu mulia dan memiliki batasan agar tidak ada kejadian-kejadian yang tidak
diridhoi sama Allah. Karena sudah banyak sekali kasus-kasus yang akhirnya
ketika tidak mengindahkan peraturan-peraturan berinteraksi, akhirnya terjadi
virus merah jambu, kemudian keluar organisasi karena mereka pacaran. Itu sudah
bnyak sekali kasus-kasus yang seperti itu.
---
Lalu, persahabatan antara ikhwat dan akhwat perlu
hati-hati. Kalau namanya persahabatan tidak mungkin tidak ada namanya
benih-benih terutama curhat itu menimbulkan namanya khalwat.
---
Untuk foto itu dilihat dari niatnya, sebenarnya foto
gunanya bnyak mudhorotnya atau manfaatnya. Kita tanya kepada kita sendiri apa
manfaatnya, Ketika Kita mengupload foto apakah ada manfaaat akhirat atau tidak
atau menimbulkan hawa nafsu orang lain krn kita tidak pernah tahu siapa yang
melihat foto kita apalagi adanya penyakit 'ain. Jadi kita harus menjaga.
CLOSING
STATEMENT
Shalihah, kita adalah wanita dan diberi gelar
sebagai seorang muslimah.. Gelar yang mulia dalam islam.. Maka sudah seharusnya
kita menjaga gelar itu dengan sebaik-baiknya. Kita berikan makna bersyukur yang
paling baik, apa itu? Yaitu menjaga amanah yang Allah beri. InsyaAllah.. Kita
mulia dengan menjaga. Semangat dalam menebar kebaikan. Kita harus ingat, bahwa
dalam hidup, ada keberkahan yang harus selalu kita jaga. InsyaAllah kita bisa
menjaga ridho dan keberkahan Allah yaa. Semangat young shalihah J
Komentar
Posting Komentar